Pesta Sesama Jenis Jadi Klaster Baru Penularan HIV, DPRD Surabaya Angkat Suara

Anggota komisi D DPRD Surabaya dr Michael leksodimulyo (Doc.rudy)
Anggota komisi D DPRD Surabaya dr Michael leksodimulyo (Doc.rudy)

SURABAYA – Kasus penggerebekan pesta seks sesama jenis di sebuah hotel kawasan Ngagel, Surabaya, menggegerkan publik. Dari hasil pemeriksaan terhadap 34 pria yang diamankan, diketahui 29 orang dinyatakan positif HIV, sementara 5 lainnya negatif. Informasi ini disampaikan langsung oleh Nanik Sukristina Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya.

 

Baca Juga: Tragis! Anak 1Tahun Diduga DBD ditolak RS, DPRD Surabaya Minta Sanksi Tegas

Menanggapi hal tersebut, dr. Michael, anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya dari Fraksi PSI, meminta agar Dinkes segera mengambil langkah skrining masif dan terintegrasi lintas sektor pada kelompok berisiko tinggi.

“Kita harus memastikan seluruh yang terkonfirmasi positif menjalani pengobatan rutin dan terpantau oleh Manager Kasus (MK) serta Petugas Penjangkau berbasis wilayah,” tutur dr. Michael, pada Warta Artik.id Sabtu (25/10). 

 

Ia menegaskan, penanganan HIV/AIDS tidak cukup hanya dengan pengobatan, tetapi juga harus melalui pendekatan edukatif dan pencegahan sejak dini.

 

Langkah Pencegahan HIV Menurut dr. Michael

1. Edukasi dan Kesadaran Sejak Dini

Pendidikan kesehatan reproduksi dan seksual di sekolah serta komunitas remaja dengan bahasa yang sesuai usia.

Pengenalan cara penularan HIV (darah, hubungan seksual tidak aman, jarum suntik) dan upaya pencegahannya.

Membangun kesadaran bahwa tes HIV bukan hal tabu.

Melawan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).

2. Perilaku Hidup Sehat dan Aman

Menunda aktivitas seksual hingga siap secara mental dan emosional.

Menggunakan alat kontrosepsi secara benar dan konsisten.

Menghindari penggunaan narkoba dan berbagi benda tajam.

Baca Juga: Sisi Gelap Puskesmas 24 Jam dan Layanan BPJS Surabaya, Michael Leksodimulyo Buka Suara

Rutin memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan bila berisiko atau memiliki gejala infeksi menular seksual (IMS).

3. Dukungan Sosial dan Lingkungan Positif

Orang tua, guru, dan tokoh masyarakat diharapkan menjadi sumber informasi yang terbuka dan aman bagi remaja.

Penguatan program peer educator (remaja sebaya) untuk saling berbagi informasi positif.

Meningkatkan akses layanan kesehatan ramah remaja seperti konseling HIV dan tes sukarela (VCT).

4. Intervensi Kesehatan dan Pemerintah

Penerapan program Pendidikan Kesehatan Reproduksi (PKPR) di sekolah.

Kampanye nasional “ABC” (Abstinence, Be faithful, Condom use).

Baca Juga: Komisi D DPRD Surabaya Soroti Layanan Kesehatan dan BPJS, Desak Dinkes Lebih Pro Rakyat

Perluasan akses terhadap layanan VCT, ART (antiretroviral therapy), dan konseling bagi ODHA.

Kolaborasi dengan media sosial untuk menyebarkan pesan positif dan edukatif.

5. Penguatan Karakter dan Nilai Diri

Menumbuhkan rasa percaya diri dan kemampuan menolak tekanan negatif (peer pressure).

Mengembangkan aktivitas positif seperti olahraga, seni, kegiatan sosial, dan keagamaan untuk menjauh dari perilaku berisiko.

 

Terakhir Ia Menyarankan, pencegahan HIV bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau tenaga kesehatan, tetapi tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat.

“Kita tidak boleh menghakimi, tapi harus mengedukasi. Dengan pendekatan empatik dan kolaboratif, kita bisa menekan laju penyebaran HIV di Surabaya,” pungkasnya. (Rda) 

Editor : rudi