SURABAYA - Saham Metaplanet Inc. anjlok 6,5% di Bursa Tokyo pada 17 Oktober 2025, seiring meluasnya aksi jual di pasar kripto.
Nilai perusahaan kini tercatat di bawah total cadangan Bitcoin yang dimilikinya, memicu sorotan terhadap ukuran mNAV dan dampaknya terhadap sentimen investor.
Baca Juga: BNB Chain Hentikan Wallet Extension, Fokus pada Integrasi Dompet Lintas Rantai
Saham Metaplanet ditutup di level ¥402 atau turun ¥28 dalam sehari. Sepanjang tahun, saham ini bergerak liar antara ¥104,50 hingga ¥1.930.
Dalam sesi terakhir, harga sempat naik turun dari ¥387 hingga ¥437, dengan kapitalisasi pasar sekitar ¥459,19 miliar dan volume transaksi rata-rata 65,6 juta saham per hari.
Penurunan tersebut terjadi setelah pasar kripto mengalami aksi jual besar-besaran. Bloomberg melaporkan bahwa nilai perusahaan kini lebih rendah dari total Bitcoin yang dimiliki, dengan rasio mNAV mencapai 0,99 yang menandakan total nilai pasar Metaplanet, termasuk utang, sedikit di bawah nilai aset kriptonya.
Investor menyoroti Metaplanet karena eksposurnya yang besar terhadap Bitcoin. Anjloknya harga aset digital membuat saham perusahaan sulit stabil.
Sejumlah analis memperkirakan pergerakan saham akan mengikuti arah Bitcoin dalam jangka pendek, sementara lainnya melihat prospek jangka panjang bergantung pada strategi perusahaan memperbesar cadangan Bitcoin tanpa menerbitkan saham baru.
Dilansir dari laman Indodax, Sabtu (18/10), CEO Metaplanet, Simon Gerovich, mengatakan valuasi perusahaan sebaiknya dipahami dalam konteks pertumbuhan Bitcoin.
Menurutnya, penerbitan saham baru memang menambah modal, namun berisiko menurunkan jumlah Bitcoin per saham.
“Untuk menghindarinya, perusahaan dapat menerbitkan saham preferen dengan dividen tetap tanpa menambah saham biasa, sehingga kepemilikan Bitcoin per saham tetap terjaga,” ujarnya.
Baca Juga: Bitcoin Bersiap Capai Rekor Harga Baru, Asal Tidak Mencapai Puncak dalam Beberapa Hari ke Depan
Gerovich mencontohkan, jika Bitcoin tumbuh 30% per tahun dengan dividen saham preferen 6%, dampaknya setara dengan menerbitkan saham baru pada rasio mNAV sekitar 8,6 kali, karena pertumbuhan nilai Bitcoin jauh melampaui biaya dividen.
Ia menambahkan, struktur ini dapat meningkatkan rasio Bitcoin per saham meski mNAV berubah, sementara perusahaan terus memperbesar cadangan Bitcoin dengan tingkat utang yang rendah.
Metaplanet juga berencana mengembangkan produk imbal hasil berbasis Bitcoin untuk menarik investor baru di pasar kredit Jepang.
Krisis kripto global turut menekan saham Metaplanet. Antara 10–11 Oktober, pasar aset digital mencatat likuidasi senilai US$19,3 miliar, terbesar dalam sejarah.
Awalnya dianggap aksi jual panik, belakangan peristiwa itu diduga dipicu serangan manipulasi melalui celah sistem. Meski fundamental Metaplanet dinilai masih kuat, harga sahamnya tetap berfluktuasi seiring volatilitas Bitcoin.
Per pertengahan Oktober 2025, Metaplanet menempati posisi unik karena memiliki cadangan Bitcoin yang nilainya melampaui kapitalisasi pasarnya, menjadikannya perusahaan publik langka di Jepang dengan profil keuangan tersebut.
Tantangan berikutnya adalah membuktikan bahwa strategi yang dijalankan dapat melindungi dan meningkatkan nilai pemegang saham di tengah pasar yang masih bergejolak.
Meskipun tekanan jangka pendek diperkirakan masih berlangsung, sebagian analis menilai Metaplanet berpotensi diuntungkan jika harga Bitcoin kembali menguat.
“Untuk saat ini, investor masih menanti langkah perusahaan dalam mengelola modal, kebijakan dividen, dan eksposur Bitcoin pada bulan-bulan mendatang,” pungkas Gerovich. (red)
Editor : Fudai