Terkait Pernyataan Sri Mulyani, Bahlil Sebut dari Presiden Belum Ada Rencana Impor LNG AS

Di sela Spring Meetings 2025, Sri Mulyani diwawancarai CNBC terkait perkembangan negosiasi tarif perdagangan dengan US
Di sela Spring Meetings 2025, Sri Mulyani diwawancarai CNBC terkait perkembangan negosiasi tarif perdagangan dengan US

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, akhirnya buka suara soal isu rencana impor gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat.

Isu tersebut mencuat setelah pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebutkan Indonesia tengah menjajaki peningkatan impor berbagai komoditas strategis dari AS, termasuk LNG.

Baca Juga: Diplomasi Xi Jinping Menyebar ke Seluruh Dunia Sudutkan AS sebagai Penindas yang Tak Bisa Dipercaya

Menanggapi hal tersebut, Bahlil menyampaikan bahwa sejauh ini kebutuhan LNG dalam negeri masih aman dan bisa dipenuhi dari produksi lokal.

“Sampai hari ini, kita anggap kebutuhan LNG masih cukup dari dalam negeri,” ujar Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (29/4/2025).

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa dari hasil diskusinya langsung dengan Presiden Prabowo Subianto, tidak ada pembicaraan mengenai rencana impor LNG dari Negeri Paman Sam.

“Dari pembicaraan saya dengan Pak Presiden, enggak ada tuh soal LNG. Jadi saya juga bingung. Saya nggak bisa komentar soal pernyataan menteri lain, tapi saya bicara berdasarkan tugas saya,” katanya.

Sebelumnya, Sri Mulyani menyebut bahwa Indonesia tengah membuka peluang untuk meningkatkan impor komoditas dari AS, seperti LNG, minyak, hingga produk pertanian seperti gandum, kedelai, dan jagung.

Baca Juga: Indonesia Dorong Perdagangan Terbuka dalam Spring Meetings IMF-Bank Dunia 2025

Tujuannya adalah untuk memperkuat hubungan perdagangan dengan AS, sekaligus bagian dari negosiasi tarif dengan pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sri Mulyani juga menekankan bahwa Indonesia terus mengevaluasi hambatan perdagangan, baik dari sisi tarif maupun non-tarif, demi menciptakan sistem perdagangan yang lebih terbuka dan efisien.

“Kalau dilihat, tarif Indonesia sebenarnya sudah rendah. Tapi kami tetap mengevaluasi apakah masih ada ruang untuk perbaikan,” ujarnya dikutip dari Ekonomi Bisnis.

Baca Juga: Indonesia Dorong Perdagangan Terbuka dalam Spring Meetings IMF-Bank Dunia 2025

Meskipun Indonesia merupakan negara produsen migas, menurut Sri Mulyani, kapasitas produksi dalam negeri belum sepenuhnya mampu menutupi kebutuhan nasional. Karena itu, impor LNG dari AS bisa menjadi salah satu opsi untuk menjembatani kekurangan tersebut.

“Ini salah satu peluang. Kita bisa melakukan outsourcing untuk minyak dan gas dari AS, termasuk produk seperti pesawat Boeing dan komoditas manufaktur lainnya. Harapannya bisa mengurangi atau bahkan menyeimbangkan surplus perdagangan,” tuturnya. (red)

 

Editor : Fudai