SURABAYA – Momen sakral peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia di Balai Kota Surabaya, ternoda oleh insiden fatal, bendera Merah Putih dikibarkan dalam posisi terbalik, menampilkan warna putih di atas merah sebuah kekeliruan simbolik yang memicu kegemparan publik.
Meskipun kesalahan ini segera diperbaiki dalam hitungan detik, citra serius dari upacara kenegaraan sudah telanjur tercoreng. Kesalahan mendasar ini mencerminkan kelengahan yang tak bisa ditoleransi, terutama dalam upacara resmi yang disorot banyak pihak.
Baca Juga: Proyek The Nook Cafe PT. SAS Jalan Tanpa Izin, Hentikan Dulu Pembangunan! Warning DPRD
Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Yona Bagus Widyatmoko, berusaha meredam kritik yang mengarah ke para anggota paskibra. “Jangan menghakimi adik-adik paskibra. Mereka masih belajar dan mereka cepat tanggap memperbaiki kesalahan,” tutur Cak YeBe (sapaan akrabnya) pada Warta Artik.id minggu (17/08)
Namun di balik pembelaannya, Cak YeBe tetap menggarisbawahi perlunya evaluasi menyeluruh terhadap proses seleksi dan pembinaan paskibra, khususnya oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Surabaya.
Baca Juga: Dandan Omah, Secercah Harapan Baru di Tengah Kota: DPRD Surabaya Tinjau Perbaikan Rutilahu
“Seleksi harus jauh lebih ketat, tidak hanya menilai fisik semata. Mental, psikologi, bahkan ideologi harus benar-benar diuji,” tegasnya, sembari menyiratkan kekhawatiran, insiden ini bisa saja terulang jika proses rekrutmen tidak diperketat.
Legislator Partai Gerindra itu juga menyinggung soal besarnya anggaran paskibra Surabaya, yang menurutnya belum sebanding dengan kualitas hasil yang ditampilkan.
Baca Juga: Dukung Penerapan SLHS Jadi Filter Vendor MBG, Cak YeBe Tekankan Pengawasan Sistematis
“Dengan dana yang besar, tak seharusnya kita masih melihat kekeliruan mendasar seperti ini. Anggaran harus digunakan untuk mencetak paskibra yang siap, disiplin, dan memahami makna bendera yang mereka kibarkan,” pungkasnya.
Insiden ini menjadi pengingat, pengibaran Sang Saka Merah Putih bukan sekadar prosesi seremonial, tetapi lambang harga diri bangsa yang tak boleh diperlakukan dengan sembrono. (Rda)
Editor : rudi