SURABAYA – Kasus Miris kembali mengoyak nurani warga Surabaya. Seorang bayi ditemukan dalam kondisi lebam usai dititipkan di sebuah daycare. Luka-luka di tubuh mungilnya menjadi bukti nyata bahwa ada kelalaian serius dalam sistem pengawasan tempat penitipan anak.
Menanggapi kejadian ini, Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Lutfiyah, tak menutupi kekesalannya. Ia menyebut peristiwa ini sebagai alarm keras bahwa pengawasan terhadap daycare di Surabaya masih jauh dari ideal.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Tambah Anggaran Dinsos, Imam Syafi’I Tolak Pengadaan 221 Kijing Kuburan
“Ini bukan sekadar kelalaian biasa. Ini bukti nyata bahwa sistem pengawasan kita rapuh. Pemerintah tidak bisa hanya memberi izin lalu lepas tangan,” tegas Lutfiyah, pada Warta Artik.id Senin (18/08).
Bu Lutfiyah menilai lemahnya pengawasan dan longgarnya standar operasional membuat tempat-tempat penitipan anak beroperasi tanpa tanggung jawab penuh. Harus ada monitoring ketat dan berkala, tidak hanya formalitas inspeksi sesekali.
“Kita butuh pengawasan yang benar-benar hidup, bukan hanya di atas kertas nanti kita akan sidak tempatnya,” ujarnya tajam.
Lebih dari itu, Ia menuntut agar setiap daycare hanya mempekerjakan pengasuh yang terlatih dan profesional, bukan sekadar penjaga.
Baca Juga: APBD Surabaya 2026 Naikkan Anggaran Sosial, Imam Syafi’I Dorong Pemkot Fokus ke Warga Miskin
"Anak-anak ini bukan barang titipan. Mereka manusia kecil yang butuh perhatian khusus. Daycare bukan tempat sembarang orang bisa bekerja,” jelasnya
Legislator dari Fraksi Gerindra DPRD Surabaya itu menyebut, Sebagai kota Layak Anak, Surabaya dinilai belum sepenuhnya layak jika kasus seperti ini masih terjadi. Ia mendesak pemerintah kota untuk segera menerapkan standarisasi yang ketat dan wajib bagi seluruh TPA.
Tak hanya itu, Lutfiyah juga menyarankan pendampingan psikologis dan medis bagi korban anak.trauma akibat kekerasan tidak bisa sembuh hanya dengan waktu.
Baca Juga: DPRD Apresiasi Peluncuran Sitalas, Dorong Pemkot Surabaya Wujudkan Kota Layak Anak yang Nyata
“Anak korban kekerasan butuh lebih dari sekadar permintaan maaf. Mereka butuh pemulihan jiwa, butuh perlindungan nyata,” ucapnya serius.
“Jangan titipkan anak tanpa tahu siapa yang mengasuh. Jangan tutup mata demi kepraktisan. Waspada dan awasi! Kalau perlu, luangkan waktu istirahat untuk menjenguk. Anak adalah tanggung jawab utama, bukan daycare,” pungkasnya. (Rda)
Editor : rudi