JAKARTA - Negosiasi nuklir putaran ketiga antara Iran dan Amerika Serikat, yang difasilitasi oleh Pemerintah Oman, resmi berakhir pada Sabtu (26/4/2025) di Muscat. Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, menyatakan bahwa perundingan kali ini terasa lebih serius dibandingkan sebelumnya, dengan pembahasan yang mulai bergerak dari isu-isu umum ke rincian teknis.
"Prosesnya perlahan mulai menyentuh topik-topik yang lebih spesifik. Hari ini kami bahkan membawa pakar ekonomi, dan kami berharap pada sesi mendatang seorang ahli dari Organisasi Energi Atom Iran juga ikut berpartisipasi," ujar Araqchi usai perundingan.
Baca Juga: China Pertimbangkan Pelonggaran Tarif Impor dari AS, Sinyal Meredanya Ketegangan Perang Dagang
Selama diskusi yang berlangsung, kedua belah pihak saling bertukar dokumen, mengajukan pertanyaan tertulis, dan menerima jawaban, semuanya dengan bantuan mediasi Oman. Menurut Araqchi, sebelum melanjutkan ke putaran berikutnya, masing-masing delegasi akan kembali ke ibu kota mereka untuk melakukan konsultasi lebih lanjut.
Araqchi menambahkan bahwa, walaupun Iran tetap penuh kehati-hatian, ada optimisme bahwa kemajuan dalam perundingan bisa dicapai. Ia juga menegaskan bahwa fokus pembicaraan tetap pada isu nuklir, tanpa membuka ruang untuk isu-isu lain.
"Pihak lain menghormati batasan ini sepanjang tiga putaran perundingan," tegasnya.
Ia juga mengakui bahwa meski ada perbedaan, sebagian besar masih bisa dinegosiasikan.
Baca Juga: China Pertimbangkan Pelonggaran Tarif Impor dari AS, Sinyal Meredanya Ketegangan Perang Dagang
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Oman, Badr Albusaidi, melalui akun X resminya, menilai pembicaraan kali ini berhasil mengidentifikasi harapan bersama untuk mencapai kesepakatan berdasarkan prinsip saling menghormati dan komitmen jangka panjang.
Ia mengungkapkan bahwa prinsip, tujuan, hingga isu teknis telah didiskusikan, dan perundingan lanjutan akan digelar pekan depan, dengan sesi tingkat tinggi yang sementara dijadwalkan pada 3 Mei.
Putaran ketiga ini berlangsung satu minggu setelah pertemuan sebelumnya di Roma. Seperti pada dua sesi awal, delegasi Iran dipimpin oleh Abbas Araqchi, sedangkan delegasi AS dikomandoi oleh Utusan Khusus untuk Urusan Timur Tengah, Steve Witkoff. Putaran pertama sendiri dimulai di Muscat pada 12 April lalu.
Baca Juga: Beijing Naikkan Tarif hingga 125% sebagai Balasan terhadap Kebijakan Dagang Trump
Di sisi lain, tekanan politik terus datang dari Washington. Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir dan bahkan mengancam akan mengambil tindakan militer jika kesepakatan baru tidak tercapai, menggantikan kesepakatan tahun 2015 yang dibuat saat masa pemerintahan Barack Obama.
Sebelumnya di hari yang sama, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baghaei, menegaskan bahwa perundingan tetap fokus pada dua isu utama: keringanan sanksi yang efektif dan jaminan atas sifat damai program nuklir Iran. Ia juga membantah laporan yang menyebut bahwa program rudal balistik Iran masuk dalam agenda pembicaraan. (red)
Editor : Fudai