JAKARTA - Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa dirinya akan melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent. Pertemuan tersebut bertujuan untuk membahas dan merundingkan soal tarif resiprokal yang diberlakukan oleh pemerintahan Presiden Trump.
Sri Mulyani menjelaskan bahwa pertemuan tersebut merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk menghindari dampak langsung yang signifikan dari kebijakan tarif yang diterapkan AS. Ia menegaskan bahwa saat ini proses negosiasi tengah berlangsung, dan Indonesia terus berkoordinasi dengan negara-negara ASEAN terkait isu tarif ini.
Baca Juga: Menkeu ASEAN Bahas Perang Dagang Global, Sri Mulyani Tegaskan Indonesia Siap Hadapi Guncangan
“Saya sedang dalam proses negosiasi agar dampak langsung terhadap kita dapat diminimalisasi melalui pembicaraan yang terus berjalan,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pada Kamis (24/4/2025).
Saat ini, Sri Mulyani bersama Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, sedang berada di Amerika Serikat untuk menghadiri Pertemuan Menteri Keuangan dan Bank Sentral G20 serta IMF-World Bank Spring Meetings. Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga mencatat perkembangan terbaru mengenai negosiasi Indonesia dengan US Trade Representative (USTR) dan Secretary of Commerce. Ia menyatakan bahwa Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, akan menyampaikan perkembangan lebih lanjut terkait pertemuan tersebut.
Selain itu, Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa Indonesia terus berupaya melakukan konsultasi terkait tarif AS, salah satunya melalui pertemuan dengan The United States–Indonesia Society (USINDO) dan American Chambers of Commerce. Dunia usaha di AS, menurut Sri Mulyani, berkomitmen untuk terus berkomunikasi dengan pemerintah AS mengenai kebijakan tarif, serta menunjukkan ketertarikan untuk melanjutkan kerjasama dengan Indonesia dalam sektor perdagangan dan investasi.
Baca Juga: Menkeu ASEAN Bahas Perang Dagang Global, Sri Mulyani Tegaskan Indonesia Siap Hadapi Guncangan
Dalam upaya untuk mengurangi ketidakpastian di kalangan investor, Sri Mulyani bersama Perry Warjiyo juga memberikan penjelasan mengenai kondisi ekonomi Indonesia terkini. Hal ini mengingat aliran keluar modal yang terus terjadi akibat penghindaran risiko global, yang berdampak pada pelemahan mata uang, termasuk rupiah yang sempat menyentuh level Rp17.000 per dolar AS.
Perry Warjiyo menjelaskan bahwa pada April 2025, hingga 21 April, tercatat adanya net outflows investasi portofolio sebesar US$2,8 miliar, sebagai dampak dari ketidakpastian global pascapengumuman tarif resiprokal AS. Namun, ia menyatakan bahwa tekanan terhadap outflows mulai berkurang, khususnya pada Surat Berharga Negara (SBN), seiring dengan stabilitas prospek perekonomian Indonesia yang tetap terjaga.
Di sisi lain, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang sejak 15 April 2025 berada di AS, telah melakukan pertemuan dengan US Trade Representative Ambassador Greer dan Secretary of Commerce Howard Lutnick untuk melanjutkan pertemuan teknis antara Tim Teknis Indonesia dan Tim Teknis USTR. Pada Rabu (23/4/2025), dilakukan penandatanganan Agreement Between the Government of the United States of America and the Government of the Republic of Indonesia terkait Penanganan Informasi Bilateral mengenai Perjanjian Perdagangan Resiprokal, Investasi, dan Keamanan Ekonomi.
Baca Juga: Menkeu ASEAN Bahas Perang Dagang Global, Sri Mulyani Tegaskan Indonesia Siap Hadapi Guncangan
Dengan ditandatanganinya dokumen tersebut, proses negosiasi teknis mulai resmi dimulai. Kedua belah pihak sepakat untuk segera membahas isu-isu teknis dalam perundingan yang dijadwalkan akan dimulai dalam dua pekan mendatang. Hasil dari perundingan tersebut akan dituangkan dalam framework agreement yang mencakup poin-poin yang akan disepakati oleh kedua negara. (red)
Editor : Fudai