JAKARTA | ARTIK.ID - Gunung Karangetang yang berada di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, masih berstatus siaga level III. Hal ini disebabkan oleh adanya guguran lava yang terus terjadi dari kawah gunung tersebut. Meskipun frekuensi guguran lava cenderung menurun, namun material yang keluar dari kawah bersifat encer dan bisa berlangsung hingga enam bulan.
Ketua Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Yudia P Tatipang mengatakan, warga di sekitar gunung harus tetap mematuhi radius bahaya yang dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Baca Juga: Tiket Murah Pasca Libur Sekolah, KAI Hadirkan Promo Juli Lebih Hemat 'Juleha'
Radius bahaya mencakup area dalam radius 2,5 km dari puncak kawah dan area dalam radius 4 km di sektor barat-daya. Dengan demikian, warga bisa terhindar dari bahaya guguran lava, awan panas, dan lahar.
"Jadi belum diusulkan penurunan status, masih siaga. Karena frekuensi guguran lava masih terlihat meluncur dari puncak kawah," ujar Yudia seperti dikutip dari rri.co.id pada hari Minggu (20/8/23).
Baca Juga: Tim Pemetaan BNPB Sosialisasikan Risiko Bencana Sekunder Erupsi Gunung Ibu pada Warga Terdampak
Yudia menambahkan, gempa guguran yang terjadi di Gunung Karangetang sering berfluktuasi. Kadang hari ini sedikit, tapi besoknya meningkat lagi. Oleh karena itu, warga harus selalu waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Sementara itu, warga di Kelurahan Tatahadeng dan Kelurahan Tarorane, Kecamatan Siau Timur yang baru saja dipulangkan setelah sempat dievakuasi akibat erupsi Gunung Karangetang pada bulan Juli lalu, juga harus tetap berhati-hati. Yudia mengatakan, mereka dipulangkan sementara dan bisa dievakuasi lagi jika aktivitas gunung kembali meningkat.
Baca Juga: Gunung Marapi Sumatra Barat Erupsi, Kolom Abu Mencapai 2.000 Meter di Atas Puncak
Pada periode pengamatan hari Minggu pukul 00.00 WITA hingga 06.00 WITA, secara visual gunung terlihat jelas hingga berkabut. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas sedang dan tinggi 100-150 meter di atas puncak kawah.
(ara)
Editor : Fuart