Tim Pemetaan BNPB Sosialisasikan Risiko Bencana Sekunder Erupsi Gunung Ibu pada Warga Terdampak

JAKARTA | ARTIK.ID - Tim Pemetaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun ke lapangan untuk melakukan pemetaan wilayah rawan bencana sekunder akibat erupsi Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara.

Hasil pemetaan ini kemudian disosialisasikan kepada masyarakat pengungsi dan mereka yang tinggal di desa-desa yang dilalui jalur sungai berhulu di lereng Gunung Ibu.

Baca Juga: Gunung Ibu Muntahkan Vulkanik Setinggi 7.000 Meter, Guyur Pos PGA dan Pengungsian Warga

Tim BNPB membawa hasil visualisasi pencitraan udara kepada masyarakat yang sebelumnya telah menantikan informasi penting ini. Informasi ini menjadi bagian dari upaya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana sekunder.

Hasil pemetaan sementara dicetak besar dan dipasang di pos pengungsian agar mudah dilihat oleh masyarakat.

Tim BNPB juga membagikan informasi melalui perangkat komputer jinjing untuk menunjukkan kepada masyarakat di mana letak permukiman mereka, apa saja potensi risiko bencananya, dan bagaimana langkah mitigasi serta antisipasinya.

Bagi masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Ibu, sosialisasi ini memberikan pengetahuan dan pemahaman baru tentang potensi dampak risiko bencana sekunder dari aktivitas vulkanik gunung berapi yang saat ini berstatus Awas.

Dengan informasi yang mereka dapatkan dari tim BNPB, masyarakat menjadi lebih memahami apa yang harus dilakukan jika muncul tanda-tanda atau faktor lain yang dapat memicu terjadinya bencana sekunder erupsi Gunung Ibu.

Dari hasil pemetaan, tim BNPB memotret aliran sungai yang berhulu ke Sungai Ibu. Foto udara tersebut kemudian diolah menjadi peta permukiman beresolusi tinggi untuk Desa Duono, Desa Togoreba Sungi, Desa Togoreba Tua, Desa Naga, Desa Podol, dan Desa Togowo.

Peta ini menunjukkan dengan jelas jalur aliran sungai, vegetasi di sekitarnya, dan jarak antara sungai dengan permukiman penduduk. Jarak ini bervariasi antara 5 meter dan 15 meter. Selain permukiman, di wilayah jalur sungai juga terdapat tempat ibadah, sekolah, balai pertemuan, dan fasilitas umum lainnya.

Baca Juga: Gunung Marapi Sumatra Barat Erupsi, Kolom Abu Mencapai 2.000 Meter di Atas Puncak

Berdasarkan hasil monitoring wilayah sungai, tim BNPB memberikan beberapa rekomendasi kepada masyarakat, antara lain:
Memantau kondisi sungai dengan seksama, terutama saat terjadi hujan deras di wilayah hulu hingga hilir.
Segera melaporkan kepada pemerintah desa setempat jika debit air sungai semakin besar dan air berubah warna menjadi cokelat keruh kehitaman.
Meningkatkan kewaspadaan bagi masyarakat yang tinggal di dekat aliran sungai.
Menjaga kelestarian lingkungan sungai dengan tidak menebang pohon, tidak membuang sampah di sungai, dan melakukan gotong royong untuk normalisasi sungai.
Membersihkan sungai dari material bebatuan atau potongan batang pohon yang dapat menyumbat aliran sungai dan berpotensi menyebabkan banjir bandang.
Meningkatkan kesiapsiagaan terhadap gempa bumi, karena tumpukan material vulkanik dapat memicu longsor, terutama jika terjadi hujan di wilayah hulu atau puncak kawah utama.

Sebelum melakukan pemetaan, tim BNPB telah berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku Utara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Halmahera Barat, dan Kodim 1501 Ternate. Koordinasi ini merupakan langkah awal dalam rencana kontijensi untuk menghadapi potensi bencana sekunder erupsi Gunung Ibu.

Hasil pemetaan tim BNPB akan dianalisa lebih lanjut oleh tim PVMBG untuk mendapatkan kajian terbaru mengenai deformasi kawah, bukaan mahkota kawah, dan besaran serta arah lelehan material vulkanik.

Data ini kemudian akan diolah dan disebarkan kepada pemerintah daerah, kementerian/lembaga terkait, dan masyarakat sebagai dasar rekomendasi untuk menghadapi potensi bahaya erupsi Gunung Ibu dan bencana turunannya.

BWS Maluku Utara di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) juga akan menggunakan data pemetaan tim BNPB untuk kajian penanganan jangka panjang terkait lahar dingin, seperti pemasangan sabo dam dan kantong pasir.

Baca Juga: Kawah Nirwana Erupsi 3 Kali, BPBD Lampung Barat Imbau Wisatawan Tidak Mendekati Kawah

Untuk jangka pendek, khususnya selama masa tanggap darurat, Kementerian PUPR menyiagakan alat berat untuk pengerukan dan normalisasi sungai.

Tim BWS Maluku Utara juga akan turun ke lapangan secara berkala untuk memantau langsung kondisi sungai dan mengambil langkah-langkah antisipasi dan mitigasi bencana sekunder.

BPBD Kabupaten Halmahera Barat bersama Kodim 1501 dan Polres Halmahera Barat akan terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan memantau daerah rawan bencana sekunder,

 

Editor : Fudai