Ini 10 Komoditas Ekspor RI ke AS yang Terancam Tarif Baru Trump

JAKARTA - Trump baru saja mengumumkan penerapan tarif resiprokal atau timbal balik sebesar 32% terhadap sejumlah negara mitra dagang, termasuk Indonesia. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada 9 April 2025.

Terdapat 10 komoditas unggulan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat (AS) yang berpotensi terdampak kebijakan tarif impor baru yang diberlakukan Presiden AS, Donald Trump.

Baca Juga: Prabowo Subianto Tanggapi Tarif 32 Persen dari AS Lewat Wawancara Khusus Bersama 7 Media Nasional

Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) per 17 Maret 2025 dalam laporan neraca perdagangan edisi Februari 2025, AS tercatat sebagai negara penyumbang surplus perdagangan terbesar bagi Indonesia, dengan nilai mencapai US$1,57 miliar.

Secara kumulatif, selama Januari–Februari 2025, perdagangan Indonesia dengan AS membukukan surplus senilai US$3,14 miliar. Surplus terbesar disumbang dari komoditas mesin dan perlengkapan elektrik beserta bagiannya (HS 85) dengan nilai US$577 juta. Disusul komoditas pakaian dan aksesoris rajutan (HS 61) sebesar US$433,3 juta serta alas kaki (HS 64) senilai US$407,7 juta.

Berbeda dengan hubungan dagang Indonesia-China yang mencatatkan defisit hingga US$3,53 miliar dalam periode yang sama, perdagangan dengan AS justru mencatatkan kinerja surplus yang konsisten.

Adapun pangsa pasar ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar 11,26%, masih lebih rendah dibandingkan ke China (20,6%), ASEAN (21,71%), maupun ke negara-negara lainnya (31,34%).

Dalam lima tahun terakhir, nilai ekspor Indonesia ke AS menunjukkan tren kenaikan signifikan. Pada 2020, total ekspor Indonesia ke AS tercatat sebesar US$18,62 miliar. Angka ini melonjak menjadi US$26,31 miliar pada 2024. Dari sisi volume, ekspor Indonesia ke AS dalam periode tersebut naik sekitar 1 juta ton.

Total nilai ekspor dari 10 komoditas unggulan tersebut pada 2024 mencapai US$19 miliar atau setara 72,24% dari total ekspor Indonesia ke AS.

Baca Juga: Rupiah Tembus Rp17.000 per Dolar AS, Catat Rekor Terendah Sepanjang Sejarah

Komoditas mesin dan perlengkapan elektrik (HS 85) mencatatkan lonjakan terbesar, tumbuh hampir empat kali lipat dari US$1,8 miliar pada 2020 menjadi US$4,18 miliar pada 2024. Dari sisi volume, ekspor komoditas ini meningkat dari 89.800 ton menjadi 263.500 ton.

Ancaman PHK Mengintai Industri Ekspor

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, mengingatkan potensi pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri berorientasi ekspor akibat kenaikan tarif impor tersebut.

Menurutnya, bea masuk sebesar 32% terhadap produk Indonesia akan langsung berdampak pada kenaikan harga barang di pasar AS. Hal ini diperkirakan mendorong produsen untuk melakukan penyesuaian kapasitas produksi.

“Dampak ke masyarakat bisa berupa potensi PHK di perusahaan-perusahaan eksportir,” ujarnya dalam Diskusi Publik Indef bertajuk Waspada Genderang Perang Dagang, Jumat (4/4), lalu.

Baca Juga: Wamendagri Bakal Panggil Lucky Hakim Terkait Liburan ke Luar Negeri Tanpa Izin

Ia mencontohkan, tarif impor alas kaki dari Indonesia yang sebelumnya hanya 1,7% berpotensi melonjak hingga 30 kali lipat akibat kebijakan tarif resiprokal tersebut.

Tauhid memperkirakan industri masih mampu bertahan selama enam bulan pertama setelah kebijakan ini diterapkan. Namun, jika dalam enam bulan ke depan pemerintah tidak menemukan solusi atau kesepakatan dagang baru, gelombang PHK dinilai sulit dihindari.

Daftar 10 Komoditas Unggulan Ekspor Nonmigas Indonesia ke AS (2024-2025)

 

Editor : Fudai