Perang Iran-Israel Memasuki Hari Ketujuh, Dunia Khawatir Konflik Meluas

Kondisi Kota Tel Aviv pasca serangan bertubi-tubi yang dilakukan Iran
Kondisi Kota Tel Aviv pasca serangan bertubi-tubi yang dilakukan Iran

JAKARTA - Perang antara Israel dan Iran telah memasuki hari ketujuh pada Kamis (19/6), menjadikannya salah satu periode paling intens dalam sejarah permusuhan kedua negara dan memicu kekhawatiran akan potensi konflik berkepanjangan.

Militer Israel melaporkan telah melancarkan serangan baru ke Teheran dan sejumlah wilayah lain di Iran pada Kamis pagi, serta memerintahkan warga di Arak dan Khondab untuk segera mengungsi. Sementara itu, sirene serangan udara berbunyi di wilayah utara Israel, setelah Iran meluncurkan serangan drone sebagai balasan. Militer Israel mengklaim sedang berupaya mencegat pesawat nirawak tersebut.

Baca Juga: Iran Panggil Diplomat Ukraina, Klarifikasi Dukungan Kyiv atas Serangan AS-Israel ke Iran

“Kami menyerang lokasi peluncuran dan penyimpanan rudal permukaan-ke-permukaan serta pihak yang berupaya mengaktifkan kembali lokasi yang sebelumnya telah kami serang,” ujar militer Israel, dikutip AFP.

Seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya mengatakan Iran telah menembakkan sekitar 400 rudal balistik dan 1.000 drone sejak Jumat lalu, dengan sekitar 20 rudal menghantam wilayah sipil Israel.

Di tengah memanasnya konflik udara, Iran mengalami pemadaman internet hampir total, menurut laporan lembaga pengawas siber NetBlocks yang berbasis di London. Iran sebelumnya mengumumkan pembatasan internet untuk mencegah penyalahgunaan jaringan komunikasi oleh Israel untuk kepentingan militer, sementara media Iran melaporkan bahwa Israel sempat meretas siaran televisi pemerintah dan menampilkan rekaman protes warga.

Selain itu, banyak aplikasi dan situs tidak dapat diakses di Iran. Televisi pemerintah bahkan meminta warga menghapus WhatsApp dari ponsel mereka, menuduh aplikasi tersebut membocorkan data pengguna kepada Israel. Tuduhan ini dibantah WhatsApp, yang menyatakan laporan tersebut tidak berdasar.

Di tengah konflik, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan sedang mempertimbangkan kemungkinan bergabung dengan Israel dalam serangan terhadap Iran, meskipun belum membuat keputusan akhir. Trump juga mengklaim bahwa Iran telah menghubungi AS untuk membuka jalur negosiasi guna mengakhiri konflik, meski klaim tersebut dibantah oleh pejabat Iran.

“Saya mungkin akan melakukannya, mungkin juga tidak,” kata Trump kepada wartawan. “Saya tahu Iran mengalami banyak masalah dan mereka ingin bernegosiasi.” Trump juga mengklaim Iran telah menyarankan mengirim pejabat ke Gedung Putih untuk melakukan pembicaraan, namun pihak Iran membantahnya. Saat ditanya apakah sudah terlambat untuk negosiasi, Trump menjawab, “Tidak ada kata terlambat.”

The Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump telah menyetujui rencana serangan tetapi menundanya untuk melihat apakah Iran akan menghentikan program nuklirnya. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Trump akan menerima laporan intelijen pada Kamis, sementara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Inggris untuk membahas situasi Iran-Israel.

Baca Juga: Citra Satelit Serangan AS di Fordow Picu Keraguan, Iran Tetap Bersikeras Lanjutkan Program Nuklir

Di Teheran, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan dalam pidatonya di televisi pemerintah bahwa “Bangsa ini tidak akan pernah menyerah,” seraya memperingatkan bahwa intervensi militer AS akan membawa “kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.”

bener artik

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan Iran tetap berkomitmen pada diplomasi, namun menegaskan bahwa langkah-langkah yang diambil selama ini merupakan bentuk pertahanan diri atas serangan Israel.

Jurnalis AFP melaporkan ledakan terdengar di seluruh Teheran sepanjang hari Rabu, dengan asap membumbung di beberapa wilayah kota. Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz menyatakan jet tempur Israel telah menghancurkan markas keamanan internal Iran, yang ia sebut sebagai “lengan utama penindasan rezim Iran.”

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) Sheikh Abdullah bin Zayed Al-Nahyan memperingatkan risiko meluasnya konflik di kawasan akibat perang ini dan menyerukan gencatan senjata segera.

“Tidak ada alternatif selain solusi politik dan diplomatik,” ujarnya, sambil mendesak PBB dan Dewan Keamanan PBB segera turun tangan untuk menghentikan kekerasan.

Baca Juga: Serangan Terakhir Iran Sebelum Gencatan Senjata, Roket Hantam Israel Tewaskan Pasukan IDF

Sheikh Abdullah juga menekankan perlunya mencegah kesalahan perhitungan yang dapat memperluas konflik di luar wilayah Iran dan Israel. Menurutnya, tujuan diplomasi internasional saat ini harus difokuskan untuk menghentikan permusuhan, mencegah konflik meluas, serta meminimalkan dampaknya terhadap perdamaian dan keamanan global.

UEA juga mengecam serangan udara Israel terhadap Iran yang dimulai Jumat (13/6), yang telah menargetkan situs nuklir, pejabat militer senior, dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan meluncurkan rudal balistik ke sejumlah kota Israel, termasuk Tel Aviv, Haifa, dan Rishon LeZion.

Sheikh Abdullah menegaskan komitmen UEA dalam mempromosikan stabilitas, perdamaian, dan keadilan di kawasan, serta menekankan pentingnya dialog dan penghormatan pada kedaulatan negara-negara sebagai kunci penyelesaian konflik.

“UEA menyerukan kepada PBB dan Dewan Keamanan PBB untuk menjalankan tanggung jawab mereka dalam mencegah eskalasi lebih lanjut, mengambil langkah mendesak untuk mencapai gencatan senjata, dan memperkuat perdamaian serta keamanan internasional,” pungkasnya. (red)

Editor : Fudai