Buruan, Bali | I Ketut Murtawan, yang lebih dikenal dengan nama Tutmurta, adalah seorang seniman patung asal Buruan, Bali, yang telah menekuni bidang seni ini selama lebih dari 30 tahun. Selama bertahun-tahun, ia menciptakan patung-patung kayu dengan cerita khas Buruan, yang mengangkat kisah dari Ramayana dan Mahabharata. Sayangnya, meskipun telah lama berkarya, Tutmurta merasa kesulitan dalam mendapatkan dukungan finansial untuk mengembangkan usaha seni patungnya.
Baca Juga: Jamkrida Bali Raih Peringkat Pertama dalam Jamkrida Award 2024, Pengakuan Peran Strategis UMKM
“Selama ini, saya berusaha mengembangkan seni patung Buruan dengan bahan baku kayu seperti kamboja, suar, dan cendana. Namun, kami sering kali menghadapi kendala dalam hal permodalan. Banyak bahan baku yang harus kami beli, tapi tanpa dana yang cukup, kami kesulitan untuk terus berkreasi,” ungkap Tutmurta.
Ia berharap agar pemerintah, baik pemerintah Kabupaten Gianyar maupun Pemerintah Provinsi Bali, bisa memberikan perhatian dan dukungan finansial berupa pinjaman lunak atau bantuan modal yang dapat membantu kelangsungan usaha seni patung di Buruan. Ia mengusulkan bantuan sekitar 500 juta hingga 700 juta rupiah per kelompok untuk memperkuat usaha mereka dan meningkatkan kualitas karya seni patung yang sudah dikenal oleh masyarakat setempat.
Peran Penting Seni Patung dalam Budaya Buruan
Seni patung di Buruan bukan hanya sekadar karya seni, tetapi juga bagian dari budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Banyak seniman patung di Buruan yang masih mengangkat tema-tema mitologi, seperti cerita dari Ramayana dan Mahabharata. Dengan bahan baku kayu yang tersedia, seperti kamboja dan cendana, seniman di Buruan menciptakan patung-patung yang memiliki nilai artistik dan religius tinggi.
Namun, meskipun memiliki potensi yang besar, saat ini hanya ada sekitar dua kelompok seniman patung aktif di Buruan. Sebelumnya, ada lebih dari seratus seniman patung yang aktif, namun banyak yang kini berhenti berkarya karena keterbatasan modal. Tutmurta sendiri mengungkapkan bahwa dari kelompok yang masih aktif, sekitar 75 seniman patung masih berjuang untuk mengembangkan karya mereka.
Regenerasi Seniman Patung dan Tantangan Modal
Sebagai seniman yang telah mengabdi dalam bidang seni patung selama lebih dari tiga dekade, Tutmurta sangat mengkhawatirkan regenerasi para seniman muda yang akan meneruskan tradisi ini. Banyak generasi muda di Buruan yang ingin belajar dan berkarya dalam seni patung, tetapi tanpa modal yang cukup, kesempatan untuk berkembang menjadi sangat terbatas.
“Generasi muda di Buruan banyak yang tertarik untuk belajar seni patung. Namun, tanpa bantuan modal, sulit bagi mereka untuk berkembang. Saya berharap pemerintah dapat memberikan dukungan agar mereka memiliki kesempatan untuk belajar dan menciptakan karya seni,” tambahnya.
Baca Juga: Tumpek Uye, Momentum Sakral untuk Kesejahteraan Hewan Oleh, I K. Satria
Selain itu, ia juga berharap agar pemerintah dapat mendukung program pelatihan bagi generasi muda dan memberikan fasilitas yang memadai untuk proses pembuatan karya seni, sehingga kualitas seni patung dari Buruan bisa lebih dikenal secara nasional maupun internasional.
Harapan untuk Pameran Internasional
Meskipun karya-karya seni patung Buruan memiliki potensi besar, Tutmurta mengungkapkan bahwa mereka belum pernah ikut serta dalam pameran seni internasional. Hal ini lebih disebabkan oleh keterbatasan dana untuk mengikuti event-event besar di luar Bali maupun di luar negeri.
“Kami ingin karya-karya seni patung dari Buruan bisa dikenal di tingkat internasional. Namun, untuk mengikuti pameran internasional atau event besar, kami membutuhkan dukungan modal yang lebih besar,” ungkapnya.
Baca Juga: Meriah Penuh Makna HUT Ke-55 PT BPR Tridarma Putri, Pengundian Grand Prize Tabungan Arisan Group 17
Dukungan untuk Usaha Seni Patung Buruan
Tutmurta menambahkan bahwa, dengan adanya dukungan finansial, ia dan kelompoknya dapat memperluas usaha, mempekerjakan lebih banyak orang, dan bahkan melibatkan pemuda setempat untuk belajar dan berkarya bersama. Ia menyarankan agar pemerintah menyediakan fasilitas pendanaan berupa pinjaman lunak dengan bunga rendah atau bahkan tanpa bunga untuk kelompok-kelompok seni di Buruan.
“Saya berharap ada perhatian lebih dari pemerintah, terutama terkait masalah permodalan. Jika kami bisa mendapatkan bantuan dana, kami bisa mengajak lebih banyak orang untuk bergabung dan bekerja sama, serta memperkenalkan seni patung Buruan ke lebih banyak orang, bahkan ke dunia internasional,” harapnya.
Tutmurta juga mengungkapkan dukungannya terhadap pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo-Gibran, yang dinilai memberikan perhatian terhadap pengusaha kecil dan seniman lokal. Ia berharap agar perhatian tersebut juga dapat diarahkan pada seni patung di Buruan, agar tidak terkikis oleh zaman dan tetap dapat berkembang dengan baik.
Seni patung Buruan merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Dengan adanya dukungan modal dari pemerintah, para seniman di Buruan seperti Tutmurta berharap dapat melestarikan dan mengembangkan seni patung mereka, serta memperkenalkan karya-karya mereka ke dunia internasional. Modal yang cukup akan membuka peluang bagi para seniman untuk meningkatkan kualitas karya seni, menciptakan lapangan kerja, dan turut berperan dalam memajukan sektor budaya di Bali. (*)
Editor : LANI