SURABAYA | ARTIK.ID - Permainan lompat tali yang digemari anak-anak di Indonesia, diduga berasal dari Eropa dan dibawa oleh orang-orang Belanda pada masa kolonial. Meski demikian, ada juga yang menyatakan bahwa permainan serupa telah lama dipraktikkan di Mesir dan China. Permainan tersebut tidak hanya menghibur tetapi juga melatih ketangkasan serta kebugaran tubuh.
Permainan lompat tali merupakan permainan tradisional yang menitikberatkan pada kekuatan dan kerjasama, serta tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai nama. Di Jawa dikenal sebagai "lompatan", di Lampung disebut "yeye", dan di Riau disebut tali merdeka.
Baca Juga: Ratusan Penari Rejang Renteng Iringi Pemelaspas Jalan Terusan Pura Dang Kahyangan Rambut Siwi
Lompat tali menggunakan tali yang dibuat dari anyaman karet gelang, bukan tali asli. Karet gelang yang digunakan adalah sisa produk karet yang belum matang, sehingga murah dan tersedia dalam berbagai warna. Tali karet ini biasanya memiliki panjang sekitar 2 hingga 3 meter.
Untuk memainkan lompat tali, diperlukan minimal tiga orang, dua sebagai pemegang tali dan satu melompat.
Baca Juga: Ratusan Penari Rejang Renteng Iringi Pemelaspas Jalan Terusan Pura Dang Kahyangan Rambut Siwi
Permainan dimulai dari ketinggian rendah di sekitar mata kaki, kemudian secara bertahap meningkat hingga setinggi tangan yang terangkat di atas kepala, yang disebut "lompatan merdeka" karena menyerupai salam kemerdekaan dari masa perang kemerdekaan Indonesia.
Jika pemain gagal melompati tali tanpa menyentuhnya, ia dianggap gugur dan harus bertukar posisi dengan pemegang tali. Permainan ini berulang hingga semua pemain mendapatkan giliran melompat.
Baca Juga: Bahasa Kemak Menuju Warisan Budaya Tak Benda, BPK NTT Revitalisasi dengan Lomba Pidato
Lompat tali biasanya dimainkan di luar ruangan dengan ruang yang cukup, meski tidak memerlukan tempat yang terlalu luas.
Editor : Fudai