SURABAYA | ARTIK.ID - Dalam rangka merekatkan dan memperkuat ideologi, Arek Suroboyo Bergerak (ASB) menggelar Sarasehan Kebangsaan di Gedung Balai Pemuda Surabaya, Jumat (25/03/2022)
Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jendral TNI Purn DR. H. Moeldoko, S.I.P.
Baca Juga: Sarasehan Kebangsaan di Surabaya, Diana: Kita Tidur Terlalu Lelap
Dalam kesempatan itu Moeldoko memberikan sambutan, ia berbicara, bahwa saat ini Bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah global.
Meski begitu, Moeldoko yakin bahwa generasi muda terutama di Jawa Timur bukanlah generasi strawberry yang lembek.
Dia mencontohkan dirinya di masa muda juga berkehidupan susah, tak jarang Moeldoko hanya makan dengan dengan sambal.
"Saya masih ingat dulu terkadang saya cuma makan sam sambal, kadang sambal itu sampai tiga hari, tapi tetap saya makan walaupun tengik," dia bicara pada sambutan itu.
Moeldoko memaparkan, jika generasi muda tidak lembek, maka Indonesia Emas, yakin tak akan lama lagi.
Menyanyikan Lagu Indonesia Raya (Foto: Kudel)
Dalam sambutan itu Moeldoko tidak memungkiri bahwa banyak masalah yang perlu diselesaikan segera di Negeri ini, tidak hanya masalah ekonomi dalam negeri, tapi juga masalah lain yang merupakan imbas dari krisis Global.
"Belum lagi masalah kelangkaan minyak goreng yang akan berpengaruh langsung pada kenaikan harga komoditas yang lainnya," tutur Moeldoko.
Sedangkan di tingkat global, dunia sedang menghadapi tingginya harga minya bumi, ditambah lagi ktisis yang terjadi di Ukraina.
Diketahui Rusia dan Ukraina selain penghasil migas terbesar dunia, juga penghasil gandum yang menyumbang sekitar 60 % kebutuhan gandum di dunia.
Baca Juga: Sarasehan Kebangsaan di Surabaya, Diana: Kita Tidur Terlalu Lelap
'Di tengah krisis global ini, muncul pertanyaan, bagaimana kita menuju Indonesia emas itu," ujar Moeldoko.
Moeldoko memaparkan, presiden sudah menentukan lima strategi, yakni, di periode pertama Presiden telah menempatkan infrastruktur di posisi teratas, sedangkan saat ini pembangunan sumber daya manusia ditempatkan di posisi teratas.
Lalu yang ke dua melanjutkan prmbangunan infrastruktur sehingga pertumbuhan semakin rata.
Kemudian, pemerintah berusaha keras membenahi semua regulasi melalul omnibuslow yang akhirnya bisa memberikan kenyamanan dan kepastian bagi para investor
Moeldoko, Doa Bersama (Foto: Kudel)
Selanjutnya yang keempat, presiden membenahi masalah birokrasi yang begitu lambat dengan reformasi birokrasi dengan pendekatan digitalisasi dan pelayanan (Dilan)
Dan yang terakhir yaitu transfotmasi ekonomi, terkait hal itu, Moeldoko mengatakan, di masa lalu Indonesia memiliki minyak bahkan menjadi anggota opec. Namun saat ini berbeda,
"Saveting kita tidak lebih separuh dari impor untuk kebutuhan dalam negeri," kata Moeldoko.
Maka transformasi ekonomi dari hulu ke hilir dilakukan, presiden tidak perduli bahwa pembatasan ekspor bahan baku nilel akan berpengaruh pada negara-negara di eropa.
Sudah saatnya Indonesia bermain di sektor hilir dengan pendekatan transformasi ekonomi.
"Jadi sudah sepatutnya kita semua berfokus pada lima strategi itu dalam menjalankan tugas," pungkasnya.
(diy)
Editor : Fuart