SURABAYA | ARTIK.ID - Di era globalisasi yang terus berkembang, risiko geopolitik dan kemajuan teknologi hijau menjadi dua faktor penting yang saling mempengaruhi dalam berbagai aspek kehidupan.
Risiko geopolitik mencakup ketidakstabilan politik, konflik, dan kebijakan internasional yang dapat memengaruhi pasar global.
Baca Juga: PLN dan Ajinomoto Indonesia Tandatangani MoU Penggunaan 219 Ribu Unit REC untuk Pabrik di Jawa
Sementara itu, teknologi hijau bertujuan untuk menciptakan solusi berkelanjutan guna mengatasi perubahan iklim dan masalah lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Baca Juga:
- Tingkatkan Efisiensi Penggunaan Komunikasi Digital, Fikom Universitas Ciputra Gelar Kembali KONAIKOM
- Revolusi AI di Indonesia, Ini Laporan Microsoft dan LinkedIn 2024
- China Menghadapi Badai Kritik Barat atas Subsidi Produk Energi Bersih dan EV
- GIIAS 2024 Kembali Pecahkan Rekor, Jadi Pameran Otomotif Terbesar Sepanjang Sejarah
Memahami bagaimana kedua faktor ini saling berinteraksi sangat penting untuk menentukan arah kebijakan ekonomi dan lingkungan di masa depan.
Risiko Geopolitik
1. Ketidakstabilan Politik:
Ketidakstabilan politik di negara-negara produsen energi tradisional dapat menyebabkan fluktuasi harga minyak dan gas. Konflik di Timur Tengah, misalnya, sering kali menyebabkan lonjakan harga minyak dunia. Ketergantungan global pada bahan bakar fosil membuat ekonomi banyak negara rentan terhadap perubahan ini.
2. Kebijakan Perdagangan Internasional:
Perang dagang dan sanksi ekonomi juga merupakan bagian dari risiko geopolitik yang mempengaruhi perdagangan internasional. Kebijakan proteksionis dapat menghambat distribusi teknologi hijau dan bahan baku yang diperlukan untuk produksi energi terbarukan.
3. Keamanan Energi:
Keamanan energi menjadi perhatian utama di tengah ketegangan geopolitik. Negara-negara berusaha untuk mengamankan pasokan energi mereka dengan mencari sumber energi alternatif yang lebih aman dan berkelanjutan.
Teknologi Hijau
1. Energi Terbarukan:
Teknologi hijau berfokus pada pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidroelektrik. Sumber energi ini mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi gas rumah kaca.
2. Efisiensi Energi:
Kemajuan dalam teknologi efisiensi energi membantu mengurangi konsumsi energi di sektor industri, transportasi, dan rumah tangga. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya energi, tetapi juga membantu mengurangi jejak karbon.
Baca Juga:
- Dalam Kekacauan Ekonomi Global, Utang Luar Negeri Indonesia Turun 1,5%
- Banjiri 18.000 Supermarket se Indonesia, Ipuk Fiestiandani Dorong Ekspansi Beras Organik Banyuwangi
- Ayu Ting Ting Lebih Memilih Bergaul dengan Teman Sekampung Ketimbang Artis, Ini Alasannya
- Ayu Ting Ting Lebih Memilih Bergaul dengan Teman Sekampung Ketimbang Artis, Ini Alasannya
- Joko Anwar Kembali Hadir dengan Serial 'Nightmares and Daydreams' di Netflix
3. Inovasi dan Investasi:
Inovasi dalam teknologi hijau membutuhkan investasi besar, baik dari sektor publik maupun swasta. Pemerintah dan perusahaan berperan penting dalam mendukung penelitian dan pengembangan untuk menciptakan solusi energi yang lebih baik dan lebih bersih.
Baca Juga: PLN Dukung Dekarbonisasi Industri, Sediakan Listrik Hijau untuk UNIQLO
Interaksi antara Risiko Geopolitik dan Teknologi Hijau
1. Diversifikasi Energi:
Teknologi hijau dapat mengurangi risiko geopolitik dengan mendiversifikasi sumber energi. Dengan mengurangi ketergantungan pada minyak dan gas dari daerah yang tidak stabil, negara-negara dapat meningkatkan keamanan energi mereka.
2. Perubahan Kebijakan:
Risiko geopolitik dapat mendorong perubahan kebijakan yang lebih mendukung teknologi hijau. Misalnya, ketegangan di pasar minyak dapat mempercepat investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi.
3. Kerjasama Internasional:
Teknologi hijau mendorong kerjasama internasional untuk mengatasi tantangan global seperti perubahan iklim.
Negara-negara bekerja sama dalam pengembangan dan penyebaran teknologi hijau, menciptakan hubungan yang lebih stabil dan mengurangi risiko konflik.
Di sisi lain, AS dan Eropa bersitegang dengan China terkait produksi Teknologi Hijau. Eropa menuduh China telah melakukan kecurangan dengan memberikan subsidi besar-besaran.
Tantangan dan Peluang
Baca Juga: China Menghadapi Badai Kritik Barat atas Subsidi Produk Energi Bersih dan EV
1. Tantangan:
Investasi Awal, Pengembangan teknologi hijau membutuhkan investasi awal yang besar.
Skala Ekonomi, Skalabilitas dan adopsi teknologi hijau masih menjadi tantangan di banyak Negara.
2. Peluang:
Lapangan Kerja Baru, Industri teknologi hijau dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan dan efisiensi energi.
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi dalam teknologi hijau dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mengurangi dampak lingkungan negatif.
Pada akhirnya risiko geopolitik dan teknologi hijau saling terkait dalam membentuk masa depan energi global.
Meskipun tantangan tetap ada, peluang untuk menciptakan dunia yang lebih aman dan berkelanjutan melalui teknologi hijau sangat besar.
Dengan kerjasama internasional dan investasi yang tepat, kita dapat mengurangi risiko geopolitik dan mempromosikan penggunaan energi bersih untuk generasi mendatang.
(diy)
Editor : Fudai