SURABAYA | ARTIK.ID - Pesawat tempur J-20, yang juga dikenal sebagai "Mighty Dragon" atau Naga Perkasa, adalah pesawat tempur siluman generasi kelima yang dikembangkan oleh Chengdu Aerospace Corporation untuk Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) China.
Sejak pertama kali terbang pada tahun 2011, J-20 telah menjadi simbol dari kemajuan teknologi militer China dan ambisi negara itu untuk menjadi kekuatan udara global yang dominan.
Baca juga: Awal Mula dan Alasan China Memulai Industri Militer dan Mengalami Kemajuan Pesat
J-20 dirancang untuk menggabungkan fitur-fitur siluman, kemampuan manuver yang tinggi, dan avionik yang canggih. Bentuk pesawat ini sangat aerodinamis dengan ujung yang tajam dan permukaan yang halus untuk mengurangi jejak radar.
Baca Juga:
- Macan Asia? Ini Fakta Kekuatan Alutsista Indonesia Darat, Laut, dan Udara, Silahkan Nilai Sendiri
- Mengapa Fotografer Harus Memahami Crop Factor? Ini Alasannya
- Ini 7 Alasan Kengapa Jet Tempur AS Sangat Mewaspadai Jet Tempur Rusia
- Lockheed F-104 Starfighter, Pesawat Tempur Terbanyak Mengalami Kecelakaan Sepanjang Sejarah
- Cara Mendapat Foto yang Unik dan Dramatis dengan Teknik Memotret Panning
Material komposit digunakan secara luas untuk menjaga berat tetap rendah dan meningkatkan kekuatan struktural.
Mighty Dragon dilengkapi dengan teknologi radar cross-section (RCS) yang rendah, yang membuatnya sulit dideteksi oleh radar musuh. Selain itu, memiliki dua mesin turbofan yang kuat, yang memberi pesawat kemampuan supercruise, atau terbang pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner. Ini adalah fitur yang hanya dimiliki oleh sedikit pesawat tempur di dunia.
Kemampuan Tempur yang Mengagumkan
J-20 dirancang untuk peran multirole, artinya dapat melakukan berbagai jenis misi, mulai dari dogfight udara hingga serangan darat. Pesawat tempur tersebut dilengkapi dengan sistem avionik canggih, termasuk radar AESA (Active Electronically Scanned Array) yang mampu mendeteksi dan melacak beberapa target sekaligus.
J-20 memiliki ruang senjata internal yang mampu membawa berbagai jenis senjata, termasuk rudal udara-ke-udara jarak jauh dan pendek, serta bom presisi. Ruang senjata internal ini membantu menjaga smode iluman pesawat dengan mengurangi jejak radar dari senjata yang dibawa.
Pengaruh Geopolitik
Kehadiran J-20 telah mengubah keseimbangan kekuatan di wilayah Asia-Pasifik dan dunia secara umum.
Amerika Serikat, yang selama ini mendominasi teknologi pesawat tempur siluman dengan F-22 Raptor dan F-35 Lightning II, kini harus mempertimbangkan kekuatan udara China yang semakin maju dan kompleks.
Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, telah meningkatkan anggaran pertahanan mereka sebagai tanggapan terhadap kemajuan teknologi militer China.
Persaingan ini juga mendorong inovasi lebih lanjut dalam teknologi militer global, dengan negara-negara lain yang berusaha mengembangkan atau memperoleh pesawat tempur generasi kelima mereka sendiri.
Baca juga: Lockheed F-104 Starfighter, Pesawat Tempur Terbanyak Mengalami Kecelakaan Sepanjang Sejarah
Benarkah J-20 Menjiplak Desain dan Teknologi Amerika Serikat?
Di balik keperkasaannya, J-20 telah memicu kontroversi terkait klaim bahwa desain dan teknologinya merupakan hasil dari menjiplak pesawat tempur Amerika Serikat.
Klaim bahwa China menjiplak desain dan teknologi Amerika Serikat untuk J-20 terutama berpusat pada dua pesawat tempur generasi kelima milik AS yakni F-22 Raptor dan F-35 Lightning II. Kedua pesawat ini dikembangkan oleh Lockheed Martin dan merupakan puncak teknologi pesawat tempur siluman AS.
Kemiripan Desain
Para pengamat militer telah mencatat sejumlah kemiripan antara J-20 dan pesawat tempur AS. Misalnya, bentuk tubuh J-20 yang ramping dan ujung depan yang tajam menyerupai desain F-22 Raptor. Selain itu, bagian ekor dan sayap delta J-20 juga menunjukkan kemiripan dengan desain pesawat tempur generasi kelima milik AS.
Insiden Peretasan
Kecurigaan terhadap penjiplakan semakin menguat setelah beberapa insiden peretasan terhadap kontraktor pertahanan AS.
Pada tahun 2009, laporan menunjukkan bahwa data sensitif terkait program F-35 telah dicuri oleh peretas yang diduga berhubungan dengan pemerintah China. Meski tidak ada bukti langsung bahwa data tersebut digunakan dalam pengembangan J-20, banyak analis percaya bahwa informasi yang dicuri tersebut bisa membantu China dalam mempercepat pengembangan teknologi pesawat tempur mereka.
Bukti dan Analisis
Baca juga: Jet Tempur Generasi ke 5 'Checkmate' Rusia Segera Diproduksi, Lebih Murah dari F 35
China telah melakukan investasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan teknologi militer selama beberapa dekade terakhir. Beberapa analis berpendapat bahwa meskipun mungkin ada unsur penjiplakan, kemajuan yang dicapai China dalam teknologi militer adalah hasil dari usaha dan investasi yang serius, bukan hanya mengandalkan pencurian teknologi.
Perbedaan dalam Performa
Meskipun ada kemiripan desain, J-20 dan pesawat tempur AS memiliki perbedaan signifikan dalam hal performa dan kemampuan.
Misalnya, J-20 diduga masih menggunakan mesin buatan Rusia atau versi modifikasinya, yang memiliki kinerja lebih rendah dibandingkan mesin Pratt & Whitney F119 pada F-22. Selain itu, sistem avionik dan sensor pada J-20 mungkin belum setara dengan yang dimiliki oleh pesawat tempur generasi kelima AS.
Namun hal itu hanya dugaan, sebab beberapa waktu lalu J 20 China sempat memata-matai latihan udara Korea Selatan dan AS tanpa terdeteksi hingga pihak China merilsnya ke publik.
Klaim penjiplakan teknologi ini telah memperburuk hubungan antara AS dan China, menambah ketegangan dalam bidang militer dan ekonomi.
Amerika Serikat telah meningkatkan pengawasan dan perlindungan terhadap teknologi sensitif, serta memperkuat kerjasama dengan sekutu-sekutunya di Asia-Pasifik untuk mengimbangi kekuatan militer China yang semakin maju.
Negara-negara lain juga memperhatikan perkembangan ini dengan cermat. Mereka menghadapi dilema antara mengakui kemajuan teknologi China dan kekhawatiran terhadap potensi ancaman keamanan yang ditimbulkannya.
(diy)
Editor : Fudai