SURABAYA | ARTIK.ID - Demiliterisasi yang dilakukan Presiden Rusia Vladimir Putin di ukraini masih akan berlanjut, tergantung bagai mana NATO dan AS menyikapinya.
Hal itu disampaikan Putin, Minggu (06/03/2022), bahwa kampanye di Ukraina tidak akan berakhir sampai Kyiv berhenti bertempur.
Baca Juga: Medvedev Sebut, Siapapun yang Berkuasa di AS, Hubungan dengan Rusia Tidak akan Membaik
NATO dan AS telah menuduh Rusia melakukan Invasi dan banyak pelanggaran HAM di Ukraina, tapi menutup mata terhadap apa yang dilakunan AS dan sekutunya di Suriah, libya dan Afghanistan, dengan kata lain, tak ada perang di belahan belahan manapun di dunia ini yang tidak ada AS dan NATO.
Di lain pihak Moskow telah berulang kali membantah menyerang wilayah sipil, terutama di Irpin, sebuah kota sekitar 16 mil, barat laut ibukota Kyiv.
Yang sebenarnya terjadi adalah Rusia telah menumpas banyak tentara bayaran yang telah berpura-pura menjadi rakyat sipil.
Demiliterisasi Rusia di Ukraina telah menarik kecaman hampir negara-negara Eropa barat. Melansir reuters, lebih dari 1,5 juta orang Ukraina telah melarikan diri dari negara itu.
Hal itu telah mendorong AS dan NATO menjatuhkan sanksi makin dalam terhadap Rusia.
Bahkan Paus Fransiskus dalam pidato mingguannya juga telah terjebak pada keberpihakannya terhadap NATO dan AD, bukan kepada kemanuaiaan.
"Perang adalah kegilaan, tolong hentikan," kata Paus Fransiskus dalam pidato pada minggu, di Lapangan Santo Petrus,
Paus Fransiskus menambahkan bahwa "sungai darah dan air mata" mengalir dalam perang Ukraina, tanpa tau konsekuensi dari apa yang dia nyatakan.
Meski begitu, Moskow terlalu besar untuk jatuh akibat sanksi barat. Putin menekankan setiap sanksi hanya akan memicu tuntutan dan tindakan baru dari Rusia.
Dalam apa yang disebut Moskow sebagai demiliteriaasi dan tindakan pencegahan terhadap kekawatiran semua orang skan terjadinya perang dunia 3, Putin telah berulang kali meminta Kyiv untuk berhenti bertempur, agar tak jatuh korban lebih banyak lagi.
Baca Juga: Fakta di Balik Penampakan UFO di Kawasan Artik Kutup Utara yang Menghebohkan
Hal itu juga disampaikan Putin dalam panggilan telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.
Putin mengatakan kepada Erdogan bahwa dia siap untuk berdialog dengan Ukraina dan mitra asing lainnya.
Selain itu, nedia Rusia mengatakan, Putin juga telah mengadakan pembicaraan hampir dua jam pada hari Minggu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.
Sebelumnya, Jumat (4/3), utusan Tiongko telah meminta pihak-pihak terkait konflik Ukraina untuk bertindak dengan hati-hati dan bekerja sama, dengan bantuan Badan Energi Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA), guna memastikan keamanan fasilitas nuklir yang relevan di wilayah Ukraina.
"Tiongkok mengamati dengan cermat perkembangan terbaru di Ukraina dan mengungkapkan keprihatinannya atas berbagai laporan terkait tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia," kata Zhang Jun, Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB.
Menurut informasi yang diterima IAEA dari otoritas nuklir Ukraina, peralatan utama PLTN tersebut masih tetap utuh, dan tingkat radiasi tidak berubah. Tiongkok juga mencermati informasi dan klarifikasi yang diberikan Rusia mengenai hal-hal terkait.
Baca Juga: Ditengah Konflik di Ukraina, Wina Pilih Pertahankan Hubungan dengan Moskow
Mengingat krisis Ukraina masih mengalami perubahan kompleks, dia mengatakan hal terpenting saat ini adalah meredakan ketegangan, menghindari lebih banyak korban sipil, mengintensifkan upaya diplomatik, dan sesegera mungkin kembali ke jalur penyelesaian politik.
Rusia dan Ukraina telah mengadakan dua putaran dialog dan negosiasi langsung serta mencapai kesepakatan awal tentang pembentukan koridor kemanusiaan.
Tiongkok menyambut baik hal tersebut dan berharap dapat memfasilitasi perlindungan yang lebih baik terhadap warga sipil dan membantu evakuasi yang aman bagi semua warga negara asing, termasuk warga negara Tiongkok.
"Kami mendorong Rusia dan Ukraina untuk tetap berkomitmen pada arah penyelesaian politik secara keseluruhan, dan mencapai solusi yang dinegosiasikan yang mengakomodasi berbagai kepentingan sah dari kedua pihak serta berkontribusi pada perdamaian dan keamanan abadi Eropa," katanya.
(diy)
Editor : Natasya