SURABAYA - Banyak masyarakat belum memiliki pemahaman yang utuh mengenai perguruan tinggi, fakultas, dan program studi yang ada. Akibatnya, sering timbul persepsi yang sempit tentang prospek lulusan suatu fakultas. Misalnya, ketika mendengar “Fakultas Hukum” yang terbayang adalah hakim atau pengacara, dan “Fakultas Ekonomi” dianggap hanya mencetak pegawai bagian keuangan.
Hal yang sama terjadi pada Fakultas Kedokteran Hewan (FKH). Sebagian besar orang hanya mengasosiasikannya dengan profesi dokter hewan, klinik hewan, atau usaha perlengkapan hewan (pet shop). Padahal, kiprah FKH jauh melampaui bayangan tersebut.
Sekretaris Senat Akademik Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Dr. Imam Mustofa, drh., M.Kes., menuturkan bahwa banyak temuan penting di dunia medis, baik nasional maupun internasional lahir dari para pakar FKH UNAIR.
Salah satunya adalah Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, drh., Guru Besar di bidang Virologi dan Imunologi. Sejak 1984, ia telah mengembangkan riset berbasis sel untuk produksi vaksin, termasuk vaksin dengue dengan berbagai model seperti subunit vaccine, inactive vaccine, attenuated vaccine, recombinant vaccine, hingga hybrid IgG-D1,D2,D3,D4 berbasis MSCs.
Prof. Fedik juga menjadi pelopor pengembangan stem cell di UNAIR dan RSUD Dr. Soetomo, yang kini sudah sampai pada tahap riset translasional. Sebagai Ketua Airlangga Disease Prevention and Research Center (ADPRC) dan Wakil Presiden Indonesian Microbiology Society (PERMI), ia turut mengembangkan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku, serta vaksin flu babi (African Swine Fever).
Pakar lain adalah Prof. Dr. Suwarno, drh., M.Si., yang mendalami penyakit zoonosis, penyakit yang menular antara hewan dan manusia. Lulusan sarjana, magister, dan doktoral UNAIR ini telah mengabdikan diri di bidang virologi sejak meraih gelar doktor pada 2005.
Kedua tokoh ini hanyalah sebagian kecil dari akademisi FKH UNAIR yang memiliki reputasi internasional. Banyak penelitian mereka telah disitasi secara luas di tingkat global. FKH UNAIR, yang berdiri sejak 1962, juga menjadi fakultas dengan mahasiswa asing terbanyak di UNAIR, yakni 53 orang pada 2024. Selain itu, FKH mencatat jumlah guru besar tertinggi di UNAIR sebanyak 33 orang.
Dari sisi fasilitas, FKH UNAIR memiliki klinik dan rumah sakit hewan terbesar di Indonesia, didukung laboratorium, museum anatomi unik, serta sarana pendukung lain yang menunjang pendidikan dan riset.
Melihat potensi tersebut, FKH UNAIR dinilai layak menggelar outreach program yang menjangkau masyarakat luas. Program ini bisa berupa kunjungan siswa, lembaga penelitian, dan organisasi masyarakat untuk menyaksikan langsung suasana kuliah, praktik laboratorium, dan penyuluhan tentang vaksin.
Untuk generasi muda, kegiatan dapat dikemas lebih menyenangkan dengan menghadirkan alumni yang sukses di berbagai bidang—pengusaha, penulis, peneliti, konsultan, maupun dosen, sehingga masyarakat dapat melihat bahwa prospek lulusan FKH UNAIR jauh lebih luas dari sekadar profesi “dokter hewan”.
Editor : Fudai