AS Serang Fasilitas Nuklir Fordow Iran, Eskalasi Konflik Meningkat

JAKARTA - Fasilitas nuklir Fordow di Iran menjadi target serangan udara Amerika Serikat pada Minggu (22/06). Terletak dekat kota Qom, sekitar 95 km barat daya Teheran, Fordow merupakan salah satu situs kunci pengayaan uranium yang dianggap Amerika Serikat dan Israel sebagai target utama untuk menghentikan program nuklir Iran.

Pentagon menyatakan masih memerlukan waktu untuk menilai sepenuhnya dampak serangan, meski penilaian awal menunjukkan semua target mengalami “kerusakan sangat parah.” Israel mengonfirmasi telah berkoordinasi penuh dengan AS dalam merencanakan serangan ini.

Baca Juga: Iran Panggil Diplomat Ukraina, Klarifikasi Dukungan Kyiv atas Serangan AS-Israel ke Iran

Pejabat Iran membenarkan fasilitas mereka menjadi sasaran, namun membantah serangan tersebut menyebabkan kerusakan besar.

Serangan ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang terus memanas antara Iran dan Israel.

Ketua Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal Dan Caine, menyebut operasi ini sebagai Operasi Midnight Hammer, melibatkan 125 pesawat militer AS termasuk tujuh pesawat pengebom siluman B-2.

Tiga fasilitas nuklir menjadi sasaran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Jenderal Caine menjelaskan pesawat pengebom terbang dari AS selama 18 jam, dengan beberapa pesawat menuju wilayah Pasifik sebagai pengalih perhatian, sementara tujuh pesawat pengebom B-2 diarahkan langsung ke Iran.

Sebelum pesawat pengebom memasuki wilayah udara Iran, lebih dari 24 rudal jelajah Tomahawk diluncurkan dari kapal selam AS, menargetkan situs di Isfahan. Pesawat tempur juga dikerahkan untuk membuka jalur aman bagi pesawat B-2, memeriksa keberadaan pesawat tempur Iran, serta mendeteksi sistem pertahanan udara.

Setibanya di wilayah udara Iran, pesawat B-2 menjatuhkan 14 bom penghancur bunker Massive Ordnance Penetrator (MOP) GBU-57 ke fasilitas nuklir Fordow. Bom seberat 13.000 kg ini dirancang untuk menembus beton setebal 18 meter dan tanah sedalam 61 meter sebelum meledak di target bawah tanah.

Jenderal Caine menjelaskan, ketujuh pesawat B-2 membawa total 14 MOP dan 75 senjata berpemandu presisi untuk menghantam target secara tepat antara pukul 05.40–06.05 WIB. Setelah menyelesaikan misi, pesawat-pesawat B-2 kembali ke AS.

Baca Juga: Citra Satelit Serangan AS di Fordow Picu Keraguan, Iran Tetap Bersikeras Lanjutkan Program Nuklir

“Pesawat tempur Iran tidak terbang, dan tampaknya sistem pertahanan rudal mereka tidak mendeteksi kami,” kata Caine.

bener artik

Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menegaskan serangan ini tidak menargetkan rakyat Iran atau bertujuan melakukan perubahan rezim. “Misi ini murni untuk mengurangi ancaman nuklir,” ujarnya, seraya menyebut operasi ini direncanakan selama berbulan-bulan dengan dukungan penuh sekutu AS di Israel.

Fasilitas nuklir Fordow terletak di dalam lereng gunung terpencil selatan Teheran, dan berada jauh di bawah tanah, bahkan lebih dalam dibanding Terowongan Channel yang menghubungkan Inggris dan Prancis. Karena itu, hanya AS yang memiliki bom penghancur bunker yang mampu menjangkau kedalaman Fordow.

Jenderal Caine menegaskan masih diperlukan waktu untuk menilai kerusakan secara menyeluruh, namun penilaian awal menunjukkan ketiga situs nuklir mengalami “kerusakan sangat parah.”

Baca Juga: Serangan Terakhir Iran Sebelum Gencatan Senjata, Roket Hantam Israel Tewaskan Pasukan IDF

Citra satelit yang diambil pada 22 Juni menunjukkan enam kawah baru di Fordow, dengan debu abu-abu dan puing-puing beton di lereng gunung. Menurut analis citra senior McKenzie Intelligence Services, Stu Ray, kawah tersebut merupakan titik masuk bom MOP, yang memang dirancang untuk meledak jauh di dalam fasilitas, bukan di permukaan.

Ray juga menyebutkan pintu masuk terowongan Fordow tampak telah ditutup, kemungkinan sebagai upaya Iran untuk mencegah serangan lanjutan ke jalur masuk fasilitas.

Organisasi Energi Atom Iran menyebut serangan ini sebagai “pelanggaran biadab” terhadap hukum internasional. Namun, Arab Saudi dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan tidak ada peningkatan tingkat radiasi pasca serangan.

Wakil Direktur Politik Lembaga Penyiaran Iran, Hassan Abedini, menyebut Iran telah mengevakuasi material penting dari ketiga situs nuklir tersebut jauh sebelum serangan terjadi. “Iran tidak mengalami dampak besar karena material sudah dikeluarkan,” ujarnya dalam siaran televisi pemerintah. (red)

Editor : Fudai