SURABAYA - Warga negara Jepang yang berada dibeberapa negara Asia Tenggara diimbau memperhatikan berita dan informasi lokal untuk saat ini.
Sebab, Jepang mensinyalir akan ada sejumlah serangan pada beberapa negara yang dimaksud. Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan telah mendapat informasi adanya peningkatan risiko seperti bom bunuh diri di Filipina, Singapura, Malaysia, Thailand, Myanmar, tak menutup kemungkinan Indonesia juga termasuk.
(Baca Juga: Sibak Perang AS - China, Di LCS Paman Sam Mulai Kedodoran)
Sontak rilis yang dikeluarkan Kemenlu Jepang tersebut menimbulkan kebingungan di negara-negara Asia Tenggara.
Sementara itu, kemenlu Jepang menolak untuk memberikan sumber informasi terkait peringatan ancaman tersebut. Mereka berdalih hanya mengirimkan informasi tersebut ke Kedutaan Besar Jepang di negara-negara bersangkutan, untuk selanjutnya dibagikan kepada warga negara matahari terbit tersebut.
Dilansir dari Tribunnews informasi terkait peringatan teror tidak ditujukan kepada Indonesia. Terdapat empat kedutaan Jepang diempat negara yang mengeluarkan peringatan, yakni email konsuler di Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia.
"Sejak 12 September terdapat informasi dari kedutaan dan konsulat Jepang yang berada di beberapa negara di Asia Tenggara bahwa kemungkinan akan terjadi serangan bom bunuh diri di tempat-tempat yang banyak orang berkumpul, semakin besar kemungkinannya. Kedutaan Jepang telah menyerukan warga Jepang untuk waspada terhadap terorisme. Oleh karena itu pihak kedutaan Jepang di beberapa negara mengeluarkan peringatan tetapi tidak ada yang dari Indonesia," papar sumber pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang
Terkait hal tersebut pihak Kemlu Jepang ingin menahan diri dulu mengenai sumber informasinya, agar para turis asing ke negara-negara di ASEAN dapat terus waspada selama perjalanannya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah dalam pesan singkatnya memastikan informasi peringatan bom bunuh diri dari Pemerintah Jepang bagi warganya di Asean bukan berasal dari Kedutaan Besar Jepang.
"Sudah dikonfirmasikan dengan Kedubes Jepang di Jakarta dan dijelaskan bahwa Kedubes Jepang tidak mengeluarkan warning seperti yang ditanyakan," katanya.
Serangan Bom di Indonesia.
Serangkaian serangan teror bom di Indonesia terjadi sejak lama, bahkan sejak zaman RI dipimpin oleh Presiden Soeharto pada masa Orde Baru. Berikut daftarnya seperti dikutip dari kantor berita Antara:
11 November 1976
Masjid Nurul Iman di Padang, Sumatera Barat, diledakkan orang tidak dikenal. Bom ditempatkan di bawah tangga menuju lantai dua dan sepertinya diatur untuk meledak ketika pelaksanaan ibadah salat Jumat keesokan harinya.
Namun bom meledak lebih dini, sehingga tidak menimbulkan korban jiwa. Menurut aparat keamanan, pelakunya bernama Timzar Zubil, yang tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya hingga kini.
14 April 1978
Masjid Istiqlal, Jakarta, diteror bom. Mihrab masjid yang baru diresmikan hancur akibat ledakan bom. Belum diketahui pelaku dan motifnya hingga kini. Aparat keamanan mendeponering kasus ini.
4 Oktober 1984
Bank BCA di Pecenongan, Jakarta Pusat, diledakkan. Beberapa nama terkenal terseret kasus ini, seperti AM Fatwa, Letnan Jenderal (Purnawirawan) HR Dharsono, mantan Menteri Perindustrian HM Sanusi. Kebanyakan adalah anggota Petisi 50 yang kritis terhadap cara Soeharto memerintah Indonesia. Apakah mereka benar-benar terlibat atau hanya skenario Orde Baru untuk menangkap mereka tak pernah terungkap.
Menurut pengakuan pelaku di lapangan, aksi ini merupakan pelampiasan kekecewaan mereka atas Peristiwa Tanjung Priok saat aparat keamanan menembaki pengunjuk rasa yang protes aparat masuk masjid dengan mengenakan sepatu.
21 Januari 1985
Sejumlah stupa di Candi Borobudur, Jawa Tengah, berantakan karena ledakan bom. Tempat suci agama Budha itu dibom kelompok radikal keagamaan berlatar politik. Dua bersaudara Abdulkadir bin Ali Alhabsyi dan Husein bin Ali Alhabsyi dituding sebagai pelaku peledakan Candi Borobudur.
6 Maret 1985
Satu bus malam, Pemudi Express, diledakkan di daerah Banyuwangi, Jawa Timur. Pelakunya adalah Abdul Kadir Alhasby. Teror bom ini diduga kuat ada kaitannya dengan kasus Tanjung Priok.
1986
Kali ini pelaku bom adalah orang asing yang menamakan dirinya Brigade Anti Imperialisme dari Jepang. Sasarannya adalah Wisma Metropolitan dan Hotel Presiden (sekarang Hotel Nikko). Kedua bangunan tersebut milik pemerintah yang dibangun dengan rampasan perang dari Jepang.
Kelompok dari Jepang itu diduga akan meluncurkan roket dari kamar Hotel Presiden ke Kedutaan Besar Jepang di Jakarta dan Kedutaan Besar Kanada di Jakarta. Saat itu, ekonomi Indonesia masih sangat mengandalkan utang dariKelompok Antarpemerintah bagi Indonesia (Intergovernmental Group on Indonesia/ IGGI), yang menempatkan Jepang pemberi utang utama.
1991
Anak buah gerilyawan Fretilin, Kay Ralla Xanana Gusmao, meledakkan bom di Demak, Jawa Tengah. Jakarta sangat represif pada pergerakan di Dili, Timor Timur, itu yang puncaknya adalah peristiwa Santa Cruz, di Dili, tahun 1991. Satu Hotel juga diledakkan di Surabaya.
Aksi Bom Kurun Waktu 2002 - 2018
Selanjutnya, serangakain bom juga kerap terjadi di Indonesia, mulai 2002 - 2008, dilansir dari Kompas berikut daftarnya.
Bom Bali I
Serangan yang terjadi pada 12 Oktober 2012 ini tercatat menjadi aksi bom bunuh diri pertama di Indonesia. Bom meledak di dua tempat berbeda dalam waktu yang hampir bersamaan.
Dua pelaku bunuh diri yakni Jimi beraksi di Sari Club sedangkan Iqbal menyerang di Paddy’s Pub Jalan Legian, Kuta, Bali.
Tercatat 202 korban meninggal dunia dan ratusan yang lain terluka. Sebagian besar korban adalah para wisatawan asal Australia
Bom JW Marriot
Ledakan ini terjadi pada 5 Agustus 2003 di hotel berbintang 5, JW Marriot di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan.
Pelaku bom bunuh diri terkonfirmasi atas nama Asmar Latin Sani. Bom ini diledakkan dari dalam mobil di luar area hotel dan menewaskan sebanyak 14 orang termasuk pelaku.
Bom Kedubes Australia
Selanjutnya, aksi bom bunuh diri terjadi di depan gedung Kedutaan Besar Australia di Jakarta pada 9 September 2004.
Pelaku atas nama Heru Kurniawan meledakkan bom dari dalam mobil. Tragedi ini memakan 9 korban jiwa dan melukai lebih dari 180 orang lainnya.
Bom Bali II 2005
Untuk kali kedua bom bunuh diri terjadi di Bali, kali ini pada 1 Oktober 2005.
Lokasi serangan adalah kawasan yang dipadati wisatawan yaitu RAJA’s Bar and Restaurant Kuta, dan Nyoman Cafe Jimbaran.
Bom Bali jilid II ini memakan korban meninggal dunia sebanyak 23 orang termasuk pelaku.
Bom JW Marriot dan Ritz Carlton 17 Juli 2009
Dua ledakan terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta dengan selisih waktu lima menit.
Ledakan terjadi di dekat Restoran Plaza Mutiara Hotel JW Marriott dan di coffee shop lobi Hotel Ritz-Carlton. Dua ledakan tersebut mengakibatkan 9 orang meninggal dan 53 luka-luka.
Masjid Az-Dzikra Cirebon
Bom bunuh diri berikutnya terjadi di masjid Mapolresta Cirebon sebelum shalat Jumat pada 15 April 2011.
Ledakan ini sang pelaku M Syarif dan melukai 25 orang lainnya termasuk Kapolresta Cirebon, AKBP Herukoco. Aksi ini ditujukan untuk menyerang polisi.
Bom Sarinah, Jakarta
Kejadian itu terjadi sekitar pukul 10.39 WIB di kedai kopi Starbucks, bioskop Djakarta Teater pada 14 Januari 2016.
Akibat aksi teror ini dua warga sipil, lima pelaku dinyatakan tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Salah seorang pelaku diketahui atas nama Ahmad Muhazan.
Bom Mapolresta Solo
Pada 5 Juli 2016, sehari jelang Idul Fitri, terjadi bom bunuh diri di Mapolresta Surakarta. Ledakan ini menewaskan pelaku atas nama Nur Rohman dan melukai seorang anggota polisi.
Kampung Melayu, Jakarta
Terjadi dua aksi bom bunuh diri di sekitar Terminal Kampung Melayu pada 24 Mei 2017 malam.
Keduanya terjadi di lokasi berdekatan dalam selang waktu lima menit. Pelaku dan 3 anggota polisi dinyatakan meninggal sedangkan 11 orang dinyatakan luka-luka termasuk lima warga sipil.
Bom Surabaya dan Sidoarjo
Dalam aksi terbaru ini, bom bunuh diri terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur dengan waktu berdekatan pada Minggu (13/05/2018) pagi sekitar pukul 07.00 WIB.
Di hari yang sama sekitar pukul 21.00 WIB bom bunuh diri terjadi di Rusun Wonocolo, Sidoarjo.
Keempat ledakan tersebut memakan korban jiwa sebanyak 17 orang (hingga 14 Mei 2018 pagi).
Kemudian pada Senin (14/5/2018), terjadi aksi bom bunuh diri di Mapolresta Surabaya sekitar pukul 08.50 WIB yang dilakukan lima orang yang merupakan satu keluarga.
Empat orang terduga pelaku dinyatakan tewas di tempat sementara satu sisanya terlempar dan lolos dari maut.
Penulis: Rya
Editor : Fudai