PACITAN | ARTIK.ID - Meroketnnya harga minyak goreng mendapat perhatian serius Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Tak hanya memantau, dalam operasi pasar minyak goreng yang digelar Pemrov Jatim di Pacitan ini, orang nomor satu di Jatim itu juga sempat menyerahkan langsung paket minyak goreng kepada warga yang membeli.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah menceritakan sidak yang dilakukannya bersama Kapolda dan Pangdam ke produsen minyak goreng. Faktanya tidak ada pengurangan produksi. Namun di pasaran bahan pokok tersebut ternyata langka.
Baca Juga: Minyak Goreng Langka, Pemprov Jatim Gelontorkan 3.500 Ton ke 17 Daerah
“Jadi kan ada missing link, ada rantai yang terputus. Di antara pabrik dan konsumen itu ada distributor. Maka Pak Menteri Perdagangan yang kemarin datang ke Surabaya juga melihat kembali bagaimana titik distribusinya,” terangnya.
Khofifah juga membeber data kebutuhan minyak goreng di Jatim sebanyak 59 ribu ton per bulan. Sementara kemampuan produksi pabrikan mencapai 63 ribu ton. Dengan kalkulasi seperti itu seharusnya masih ada surplus 4 ribu ton per bulan.
“Jadi ini PR yang rasanya kita menyelesaikannya bersama-sama. Nanti seluruh walikota bupati se Jawa Timur saya minta juga sama-sama melakukan operasi pasar untuk meringankan purchasing power masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengapresiasi kegiatan operasi pasar minyak goreng yang digelar Pemprov Jatim di Pacitan.
"Terimakasih Bu Gubernur dengan digelarnnya operasi pasar minyak goreng ini, kegiatan ini pasti sangat membantu meringankan beban masyarakat," tukas Mas Bupati.
Dalam operasi pasar minyak goreng yang digelar Pemrov Jatim di Pacitan ini warga pun antusias membeli. Terlebih harganya relatif murah. Yaitu Rp 25 ribu per dua kilogram.
Alhamdulillah bisa membantu. Karena selama ini beli minyak goreng susah. Kalaupun ada ya mahal banget,” kata Setyorini (45), warga Desa Menadi, Sabtu (19/2/2022).
Baca Juga: Ketua DPD RI Minta Soal Minyak Goreng Diatasi dari Hulu Hingga Hilir
Rini, sapaan Setyorini, hanyalah satu dari ratusan warga Kota 1001 Gua yang hadir di Kantor UPT Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jatim. Halaman gedung di Jl Brigjen Katamso itu menjadi tempat pelaksanaan operasi pasar.
Rini pun membandingkan harga saat operasi pasar dengan harga minyak goreng di pasaran. Untuk mendapatkan 2 kilogram minyak goreng dirinya harus mengeluarkan sedikitnya Rp 40 ribu. Sedangkan saat operasi pasar harga hanya separuhnya.
Ibu rumah tangga itu juga berharap pemerintah lebih sering menggelar kegiatan yang sama. Dengan begitu masyarakat tidak lagi kesulitan memperoleh minyak goreng untuk kebutuhan sehari-hari.
“Saya sih nggak lebih dari dua liter nggak apa-apa. Karena kan untuk konsumsi sehari-hari saja. Kalau bisa sih yang sering (operasi pasar),” harapnya.
Warga lain bernama Umayati (45) juga mengaku nyaris putus asa. Pasalnya dari sejumlah toko yang ia datangi, tak satupun menyediakan minyak goreng pabrikan. Dia pun mengaku senang begitu mendengar ada operasi pasar.
Warga Desa Purworejo itu minta pemerintah menambah jumlah kuota minyak goreng yang dijual dengan mekanisme subsidi. Hal itu diakuinya sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat lapisan bawah.
“Keadaan seperti ini harusnya pemerintah lebih banyak menyediakan,” katanya.
Meski diikuti ratusan orang namun tidak sempat terjadi antrean. Pasalnya, panitia memberlakukan sistem kupon berbasis KTP. Tanda pengenal itu juga digunakan untuk menyortir agar satu orang hanya dapat membeli satu kali.
(diy)
Editor : Natasya