JAKARTA | ARTIK.ID - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin optimis bahwa teknologi AI Generatif atau kecerdasan buatan di sektor kesehatan akan membawa dampak besar dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia. Pandangan ini disampaikan dalam sebuah wawancara dengan media belum lama ini.
Baca Juga:
Baca Juga: Google Tunda Peluncuran AI Gemini Karena Belum Bisa Tangani Bahasa Selain Ingris
- Risiko Geopolitik dan Teknologi Hijau dalam Membentuk Masa Depan Energi Global
- GIIAS 2024 Kembali Pecahkan Rekor, Jadi Pameran Otomotif Terbesar Sepanjang Sejarah
- China Menghadapi Badai Kritik Barat atas Subsidi Produk Energi Bersih dan EV
- Revolusi AI di Indonesia, Ini Laporan Microsoft dan LinkedIn 2024
- Prosa Text to Speech Merilis 7 Bahasa Baru, Membuka Peluang bagi Konten Kreator Global
"Saya yakin bahwa perkembangan teknologi saat ini akan membawa perubahan besar pada kemanusiaan," ujar Menkes dalam acara “Google AI untuk Indonesia Emas” di Jakarta.
Menurut Budi, penerapan teknologi AI di bidang kesehatan akan memberikan dukungan yang lebih akurat. Ia menekankan bahwa tubuh manusia memiliki lebih dari 30 juta gen, 87 miliar neuron terutama di otak, 300 triliun sel, dan 37 triliun microbiome yang semuanya saling berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan.
"Bayangkan jika kita hanya menggunakan metode empiris tradisional untuk mempelajari ini semua. Oleh karena itu, AI harus dimanfaatkan secara maksimal, lebih dari sekadar bermain catur atau program bahasa seperti ChatGPT, untuk memahami cara kerja tubuh secara ilmiah," jelasnya.
Analisis menyeluruh yang dilakukan oleh kecerdasan buatan, lanjut Menkes, dapat membantu tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang tepat bagi pasien. Selain itu, teknologi AI dapat mengubah cara kerja kedokteran dan membantu dokter mendeteksi penyakit tidak menular seperti jantung dengan lebih cepat dan akurat.
Baca Juga: Google Bangun Kabel Laut ke Samudera Pasifik Lewat Indonesia
"Dulu, dokter menggunakan stetoskop untuk mendengarkan detak jantung dan mendiagnosis penyakit jantung. Kemudian muncul elektrokardiografi yang memperlihatkan pergerakan grafiknya, disusul dengan CT Scan untuk mendeteksi penyakit jantung melalui scan dada, dan terbaru, ada pemeriksaan gen untuk melihat mutasi gen penyebab penyakit jantung," tuturnya.
Menkes menekankan bahwa teknologi AI ini akan merevolusi sektor kesehatan secara signifikan. Meskipun demikian, pemanfaatan AI di bidang kesehatan bukanlah hal baru di Indonesia. Selama pandemi COVID-19, pemerintah telah menggunakan teknologi WhatsApp untuk telemedicine dan teknologi Starlink untuk menyediakan layanan internet di puskesmas terpencil.
"Kedepannya, saya berharap Google dapat membantu pemerintah dalam menyediakan layanan geotagging untuk memetakan penyakit di berbagai daerah. Dengan demikian, saya yakin AI akan membawa perubahan besar dalam sektor kesehatan," tambahnya.
Baca Juga: Perusahaan Investasi dari Singapura Mau Beli Lagi Saham TBIG
Putri Alam, Direktur Hubungan Pemerintahan dan Kebijakan Publik Google Indonesia, menyatakan bahwa Google berkomitmen untuk mendukung digitalisasi layanan kesehatan di Indonesia. "Bulan lalu, Google mulai bekerja sama dengan Kemenkes untuk menerapkan AI dalam pelayanan kesehatan, termasuk kemungkinan penerapan AI generatif dalam platform SATUSEHAT," ungkapnya.
Dukungan ini selaras dengan cetak biru transformasi digital dan visi Indonesia digital tahun 2045 yang diusung pemerintah. (Sumber: Humas Kemenkes RI).
Editor : Fudai