PMI Manufaktur Indonesia Turun ke Level 51,5, PHK Berpotensi Meningkat

Industri Manufaktur Indonesia Terancam PHK Massal. © Fudaili
Industri Manufaktur Indonesia Terancam PHK Massal. © Fudaili

JAKARTA | ARTIK.ID - Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Oktober 2023 turun ke level 51,5, dari 52,3 pada September 2023. Penurunan ini merupakan yang pertama dalam lima bulan terakhir.

Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution Ronny P Sasmita mengatakan, penurunan PMI manufaktur ini disebabkan oleh menurunnya permintaan, terutama permintaan dari pasar ekspor.

Baca Juga: Laba Bersih Bank PermataTumbuh 28,4%, Perkuat Posisi sebagai Bank Terbesar di Indonesia

Hal ini mengakibatkan penurunan produksi dan berpotensi meningkatkan PHK di sektor manufaktur.

"PHK secara sporadis (musiman) sudah terjadi sejak beberapa bulan lalu," kata Ronny kepada, Rabu (1/11).

PHK secara sporadis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, mengecilnya pasar ekspor manufaktur Indonesia, kalah bersaing di pasar domestik akibat penetrasi barang impor murah dari China dan faktor digitalisasi produksi beberapa perusahaan manufaktur untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi produksi

"Jika PHK sporadis ini terus terjadi, maka akan berujung pada PHK massal," ungkap Ronny.

Baca Juga: William Tanuwijaya Lepas 764,6 Juta Saham GOTO, Turunkan Kepemilikan 0,06%

Hal ini akan berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, karena sektor manufaktur merupakan salah satu sektor penyumbang terbesar terhadap PDB dan lapangan kerja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia turun menjadi 18,25% pada kuartal II-2023.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Fajar Budiono mengatakan, pengurangan tenaga kerja di sektor manufaktur sudah mulai terjadi, khususnya di industri tekstil.

Baca Juga: Pemerintah Segera Terbitkan Regulasi Hak Cipta Jurnalistik Lewat Publisher Rights

Sementara, untuk di industri plastik belum terlihat ada pengurangan tenaga kerja, melainkan hanya mengurangi volume produksi.

"Industri tekstil sudah mulai ada pengurangan tenaga kerja, untuk di plastik si masih belum," kata Fajar.

(red)

Editor : Fuart