SEMARANG | ARTIK.ID - DPD Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara Indonesia (LPKAN) Propinsi Jawa Tengah menyayangkan adanya jalan penghubung dan atau jalur alternatif kawasan Jangli menuju kampus Undip di Tembalang yang ambles.
Ketua DPD Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara Indonesia (LPKAN) Propinsi Jawa Tengah, Budi Setyawan menyampaikan, persoalan jalan ambles dengan biaya 29 M tersebut terjadi sekitar bulan Mei yang lalu.
Baca Juga: LPKAN Indonesia Siap Bersinergi Berantas Ancaman Nyata Narkoba dan Judi Online
Dikatakan Budi, sebelumnya kami juga sudah mengingatkan pihak PU terkait pantauan kondisi jalan alternatif jangli Undip secara terus-menerus.
"Kalau dilihat kondisi di lapangan, tentunya sangat memprihatinkan. Terlebih, proyek jalan alternatif ini memakan anggaran 29 milyar, tentunya jumlah tersebut tidak sedikit," kata Budi kepada media ini. Selasa, (04/07/23).
Bukan hanya jalan ambles yang jadi perhatian, kata Budi, semua pekerjaan secara kualitas dan kuantitas pekerjaan patut dipertanyakan.
Lebih dalam, Budi menguraikan, di lokasi tersebut memang sudah diketahui secara luas kalau ada sebagian yang termasuk daerah patahan di dalam wilayah Kota Semarang.
Menyikapi amblesnya jalan yang memakan uang negara 29 milyar ini. Budi menjabarkan, kinerja 3 (tiga) oknum-oknum patut dipertanyakan dan tentunya harus turut bertanggung jawab. atas peristiwa amblesnya jalan tersebut. Seperti :
1. Konsultan Perencanaan bagaimana?
2. Konsultan pengawasannya
Bagaimana?
3. Dari pihak pemerintah dalam hal ini Dinas PU kota Semarang sebagai pengguna anggaran bagaimana?
"Dalam tahap pelaksanaannya, saya mendapat informasi sudah terjadi dua kali kejadian ambles dan geraknya tanah daerah titik tersebut sudah terjadi dan terdeteksi," ungkapnya.
Untuk itu, Budi mempertanyakan Soal pekerjaan proyek yang tidak sesuai kontrak. "Bahkan molor dari akhir Desember 2022 tidak selesai dan di perpanjang sampai pertengahan Februari 2023," sesal Ketua DPD LPKAN Indonesia Propinsi Jawa Tengah ini.
Ditambah lagi, masih kata Budi, Dengan kondisi kerusakan dan kualitas pekerjaan yang asal-asalan. "Kenapa tetap dilakukan serah terima pertama," cetus dia.
Sampai berita ini di buat memang dalam proses pemeliharaan
Hal ini menunjukan kesan pemeliharaan yang asal-asalan. Terlebih, dari pihak pengawasan dan dinas terkait tidak kelihatan.
Memang daerah tersebut sekarang setiap sore buat nongkrong banyak orang. Lebih-lebih pas hari Jumat, Sabtu dan Minggu banyak orang yang jualan di pinggir jalan. Padahal dengan kondisi tersebut sangat membahayakan mereka yang nongkrong atau jualan karena bahu jalan banyak yang retak.
Budi menyayangkan, tentang komentar Wali Kota Semarang dalam menyikapi peristiwa Jalan penghubung dan atau jalur alternatif kawasan Jangli menuju kampus Undip di Tembalang yang ambles.
Baca Juga: LPKAN Indonesia Siap Bersinergi Berantas Ancaman Nyata Narkoba dan Judi Online
Dalam komentarnya Wali Kota, tentang saluran yang di tolak warga. Menurutnya, kenapa tidak di lakukan sosialisasi dari awal. "Begitu ada kejadian baru di sampaikan sosialisasi," keluhnya.
Perlu diketahui, apabila hujan curah tinggi dari atas turun ke bawah di belokkan pasti gak mampu menampung air. Menurutnya, apabila air melebihi debit wajar akan meluber ke utara. "Karena tanah tersebut juga jenisnya gak baik dan pastinya akan berdampak pada perumahan yang berada sebelah utara. Karena hanya berjarak beberapa ratus meter," terang Budi.
Seperti yang disampaikan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu sebelumnya, ia memberi perhatian serius terhadap jalan penghubung dan atau jalur alternatif kawasan Jangli menuju kampus Undip di Tembalang yang ambles.
Bahkan, Wali Kota Semarang langsung memanggil pihak kontraktor atau pelaksana proyek untuk klarifikasi soal permasalahan amblesnya jalan tersebut.
Menurut wanita yang akrab disapa Ita ini, Pihaknya juga telah melakukan mediasi dengan warga dan pihak kontraktor, agar perbaikan saluran air dapat dilakukan dengan cepat. "Namun, sayangnya perbaikan saluran air tidak dapat dilakukan, karena ada penolakan dari warga," ujarnya, Senin (3/7/2023).
Terkait amblesnya jalan penghubung, Dia pun meminta untuk segera dikaji lagi. Penyebabnya, disana itu memang tanahnya kayak tanah lempung begitu kena air jadi cepat pecah. "Maka dari itu, harus dibuatkan saluran untuk menghindari terjadinya longsor,” tukas dia.
Sambung Ita lagi, jadi kalau ada saluran air begitu hujan airnya berjalan langsung ke saluran tidak sampai ke tanah, hal tersebut sudah dilakukan. "Saya kemarin sudah undang kontraktornya dan minta dibuatkan crossing untuk saluran, ya karena kemarin saluran juga langsung masuk ke salah satu perumahan," ucapnya.
Baca Juga: Forum Kebangsaan Nusantara Gelar Tata Laksana Perundang-undangan RI
Masih penjelasan Ita, Kemarin ada yang enggak mau salurannya dibongkar. Alasan warga. Kemudian warga saya undang dan diajak mediasi. Dia meyakinkan, insyaallah air itu akan larinya ke saluran, tidak ke jalan,” ungkap Ita.
Dikatakan Ita, saat ini proses pembangunan jalan tembus yang juga menjadi jalur alternatif Jangli ke kampus Undip masih berjalan. "Pembangunan jalan tersebut, ditargetkan selesai pada tahun 2024 dan mulai efektif digunakan pada tahun 2025 nanti," tandasnya.
Berdasarkan data yang diterima wartawan, Jalan penghubung antara kawasan Jangli dengan Universitas Diponegoro, Tembalang, Kota Semarang yang baru dibangun oleh Pemerintah Kota Semarang ambles di satu titik.
Terlihat, di lokasi ada retakan aspal yang cukup panjang dan besar. Diketahui, akibat Jalannya ambles hingga menyebabkan jalan semakin sempit.
Oleh karenanya, Masyarakat diminta berhati hati ketika melintasi jalan tersebut. "Di lokasi, terlihat ada pekerja yang sedang memasang pembatas, agar masyarakat tidak melewati area yang sudah dibatasi petugas. Selain itu, ada juga satu alat berat yang ada di lokasi tersebut.
Jalan yang memakan biaya mencapai Rp. 29 miliar itu sudah cukup ramai. Kendati belum selesai dan diresmikan, Banyak lalu lalang warga yang melintas di jalan tembus Jangli menuju kawasan kampus Undip Tembalang. Ada juga sebagian warga menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat nongkrong, sehingga mengundang penjual makanan dan minuman mencari rejeki di area tersebut.
(red)
Editor : Fuart