Kisah Perjuangan I Nyoman Arjawa dalam Melestarikan Seni Bali, Antara Dedikasi dan Tantangan

I Nyoman Arjawa
I Nyoman Arjawa

GIANYAR - Di tengah arus modernisasi dan pergeseran budaya, seni tradisional Bali menghadapi tantangan besar dalam menjaga eksistensinya. I Nyoman Arjawa, S.Sn., seorang seniman topeng asal Gianyar, merasakan langsung bagaimana perjuangan mempertahankan warisan adi luhung tidaklah mudah. Tidak hanya menghadapi kurangnya minat generasi muda, tetapi juga terbatasnya perhatian dan dukungan pemerintah terhadap kesejahteraan para seniman.  

Mendorong Generasi Muda untuk Mencintai Seni

Baca Juga: Pemkab Gianyar Gelar Upacara Hari Bela Negara Ke-76

Menurut Arjawa, salah satu tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menanamkan kecintaan terhadap seni kepada anak-anak muda. Di era digital ini, di mana teknologi lebih menarik perhatian, banyak generasi muda yang kurang tertarik untuk mendalami seni tradisional.  

"Seni bukan sekadar hiburan, tetapi warisan budaya yang membentuk identitas kita sebagai orang Bali. Jika anak-anak muda tidak lagi tertarik, siapa yang akan meneruskan tradisi ini?" ujar Arjawa.  

Ia berharap ada lebih banyak program edukasi dan pelatihan yang dapat mendorong kaum muda untuk mengenal dan mencintai seni, sehingga regenerasi seniman tetap terjaga.  

Peran Pemerintah dan Absennya Diorama Gianyar

Di sisi lain, Arjawa juga menyoroti minimnya perhatian pemerintah dalam menyediakan fasilitas yang dapat menggambarkan Gianyar dari berbagai aspek, seperti seni, budaya, dan ekonomi. Hingga saat ini, Gianyar belum memiliki diorama atau pusat informasi budaya yang bisa menjadi sarana edukasi dan dokumentasi sejarah bagi masyarakat maupun wisatawan.  

"Gianyar ini adalah pusat seni dan budaya, tapi kenapa kita belum punya diorama yang bisa meneropong perkembangan seni, budaya, dan ekonomi kita? Ini penting untuk menggambarkan kekayaan budaya kita secara komprehensif," tegasnya.  

Ia berharap pemerintah daerah bisa lebih serius dalam mengembangkan infrastruktur kebudayaan yang dapat menjadi pusat informasi dan pelestarian seni.  

Seberapa Besar Anggaran untuk Pelestarian Seni?

Salah satu persoalan yang juga disoroti Arjawa adalah anggaran yang dialokasikan untuk seni dan budaya. Meskipun Bali dikenal sebagai destinasi wisata budaya, namun banyak seniman yang masih belum sejahtera. Mereka tetap mengabdikan diri dalam berkesenian dengan konsep ngayah mengabdi tanpa mengharapkan imbalan besar.  

"Selama ini, berapa sih anggaran yang digelontorkan untuk pelestarian seni? Banyak seniman yang masih kesulitan, padahal mereka berperan besar dalam menjaga budaya Bali," katanya.  

Menurutnya, perhatian lebih harus diberikan kepada kesejahteraan seniman, agar mereka bisa terus berkarya tanpa harus terbebani dengan kesulitan ekonomi.  

Baca Juga: Pemkab Gianyar Gelar Upacara Hari Bela Negara Ke-76

Persiapan Panjang Seorang Penari Topeng

Sebagai seorang penari topeng, Arjawa memahami betul betapa besar usaha yang harus dilakukan dalam setiap pertunjukan. Proses persiapan tidak hanya sekadar mengenakan kostum dan menari, tetapi melibatkan serangkaian ritual dan persiapan fisik maupun mental.  

"Untuk ngayah Nopeng (menari topeng), persiapannya panjang. Mulai dari mencari bunga, donggirang, menyiapkan pakaian, tapel (topeng), gelungan, bahkan harus melakukan ritual seperti mandi besar, keramas, hingga memanjatkan mantra," ungkapnya.  

Selain itu, seorang penari topeng juga harus memahami cerita, menghayati karakter yang dimainkan, serta memiliki kemampuan dalam memainkan gamelan atau setidaknya memahami irama gong.  

Suka Duka Seorang Penari

Dalam dunia seni tradisional, kesejahteraan masih menjadi permasalahan utama. Arjawa menceritakan bagaimana seorang penari topeng kadang hanya menerima uang sukarela yang jumlahnya tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan.  

"Kadang dapat Rp10 ribu, Rp5 ribu, bahkan hanya Rp2 ribu. Kalau tempatnya jauh, ya beda lagi ceritanya. Tapi itulah suka duka seorang seniman. Harus tepat waktu, sabar dalam ujian, dan tetap mengutamakan ngayah," katanya dengan nada penuh ketulusan.  

Baca Juga: Desa Peliatan Menuju Desa Antikorupsi, Tim KPK RI Lakukan Pemantauan Implementasi Program

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, semangat Arjawa dalam melestarikan seni topeng Bali tetap tidak luntur. Ia percaya bahwa seni bukan hanya soal materi, tetapi juga soal dedikasi dan tanggung jawab untuk menjaga warisan leluhur.  

Harapan untuk Masa Depan Seni Bali

Sebagai seorang seniman yang sudah lama berkecimpung di dunia seni, Arjawa berharap ada perubahan nyata dalam kebijakan pemerintah terhadap seni dan budaya. Mulai dari edukasi untuk generasi muda, pembangunan infrastruktur budaya seperti diorama, hingga peningkatan kesejahteraan seniman.  

"Kalau kita ingin Bali tetap ajeg, seni dan budaya harus terus dijaga. Tidak hanya oleh seniman, tapi oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat," pungkasnya.  

Dengan semangat ngayah yang tetap menyala, Arjawa dan para seniman lain terus berjuang agar seni Bali tetap hidup dan berkembang, menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. (*)

 

Editor : LANI