SURABAYA | ARTIK.ID - Joged Bumbung merupakan salah satu tarian tradisional dan pergaulan di Bali yang telah ada sejak tahun 1940-an. Diperkirakan berasal dari daerah Buleleng, tarian ini awalnya diciptakan oleh para petani untuk menghibur diri saat istirahat setelah bekerja di lumbung.
Baca Juga: Tari Remo Khas Surabaya Melambangkan Kekuatan dan Kewaspadaan
Baca Juga: Tari Kecak Bali, Sebuah Karya Seni yang Mengandung Spiritualitas Tinggi
Dilansir dari Wikipedia, Joged Bumbung memiliki makna yang mendalam, yaitu mencerminkan rasa syukur atas hasil panen dan kebersamaan masyarakat Bali. Tarian ini juga menjadi simbol kegembiraan dan semangat hidup.
Karakteristik dan Keunikan
Joged Bumbung ditarikan oleh penari wanita dengan gerakan yang lincah dan dinamis. Tarian ini bersifat partisipatif, di mana penari wanita dapat mengajak penonton pria untuk menari bersama.
Baca Juga: Studio Daluang Gelar Klothek'an di Gedung Teater STKW Surabaya
Baca Juga: Tari Remo Khas Surabaya Melambangkan Kekuatan dan Kewaspadaan
Keunikan Joged Bumbung terletak pada improvisasi yang dilakukan oleh penari. Improvisasi ini meliputi gerakan, mimik wajah, dan interaksi dengan penonton.
Perkembangan dan Tantangan
Joged Bumbung telah mengalami berbagai perkembangan dan perubahan seiring waktu. Salah satu perkembangannya adalah munculnya Tari Agirang yang terinspirasi dari Joged Bumbung dengan tujuan mengubah persepsi masyarakat terhadap tarian ini yang kian negatif karena munculnya banyak improvisasi erotis.
Meski begitu, di tengah maraknya penampilan Joged Bumbung yang kian erotis di media sosial, beberapa sekaa tari masih berusaha melestarikan pakem tari Joged Bali klasik yang mengutamakan nilai etika.
(red)
Editor : Fudai