Studio Daluang Gelar Klothek'an di Gedung Teater STKW Surabaya

Studio Daluang Gelar Pertunjukan Teater Bertajuk "Klothek'an". (Foto by Ita Sari)
Studio Daluang Gelar Pertunjukan Teater Bertajuk "Klothek'an". (Foto by Ita Sari)

SURABAYA | ARTIK.ID - Studio Daluang, sebuah kelompok teater yang berbasis di Surabaya, baru-baru ini menggelar pementasan bertajuk Klothek'an. Pementasan ini merupakan bentuk kampanye antikorupsi yang ditujukan kepada generasi muda.

Pementasan Klothek'an tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi penonton tentang bahaya korupsi dan pentingnya integritas.

Baca Juga: Polisi Diduga Intimidasi Pertunjukan Teater Butet dan Agus Noor di Taman Ismail Marzuki

Studio Daluang memilih format opera sebagai media pementasan, karena menurut mereka opera dapat menarik perhatian dan menyampaikan pesan secara efektif. Selain itu, opera juga merupakan salah satu seni tradisional yang perlu dilestarikan.

Salah satu hal yang menarik dari pementasan ini adalah cara Studio Daluang menggalang dana dan dukungan. Mereka tidak bergantung pada sponsor atau lembaga tertentu, tetapi membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berkontribusi sebagai relawan atau donatur.

Mereka juga melakukan seleksi terhadap calon penonton dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar isu korupsi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa penonton benar-benar tertarik dan peduli dengan tema pementasan.

Pementasan Klothek'an berlangsung di Gedung Teater STKW Surabaya, Sabtu (30/9), lalu. Gelaran Teater itu mendapat sambutan positif dari penonton dan media.

Studio Daluang berharap bahwa pementasan ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih sadar dan berani melawan korupsi.

Pada pertunjukan Klothek'an, setiap aktor akan mendapatkan fasilitas pelatihan seperti kelas keaktoran. Namun, yang membedakan dengan kelas keaktoran pada umumnya adalah metode yang digunakan dalam sistem penyutradaraannya.

"Kami telah bekerja bersama dua ruang kolektif di Surabaya. Yaitu Esctacy of Dialectica dan Estotheatre," ungkap Yusril Ihza Fauzul Azhim, sutradara pementasan.

Esctacy of Dialectica bekerja pada ranah brainstorm aktor pada naskah sehingga aktor mampu menciptakan 'grand design' tokoh sesuai kesadaran dan pemahaman masing-masing.

Baca Juga: Sekelumit Tentang Seni Teater, Baca di Sini Yuk

Selain itu, Esctacy of Dialectica juga menggunakan metode "Belief System". Sementara itu, Estotheatre berkontribusi dalam pengolahan tubuh aktor dan teknik keaktoran.

Estotheatre menggunakan metode Movement Body. Kedua kolaborator tersebut akan bekerja sama menyiapkan aktor baik secara kemasan maupun esensial.

"Sebagai sutradara, saya menghendaki pertunjukan ini mampu menyuguhkan visual yang epik dan dapat mencapai visi dan misi bersama. Yaitu, memberikan penyadaran terhadap masyarakat luas atas pentingnya bersikap menolak korupsi," papar Yusril.

Menurut Yusril, ada beberapa tantangan dalam proses pengerjaan Pementasan Klothek'an ini. Yakni, pelatihan aktor yang notabene merupakan kolaborator dari berbagai latar belakang yang berbeda.

Namun, di sisi lain, hal tersebut juga mampu dijadikan sebagai peluang agar pementasan lebih menarik alias tidak monoton.

Baca Juga: Tari Kecak Bali, Sebuah Karya Seni yang Mengandung Spiritualitas Tinggi

Contohnya, Kontributor Sherly Sinatra yang sehari-hari berkecimpung dalam dunia modeling. Melalui proses itu, Sherly mampu memanfaatkan pengalamannya dalam menampilkan lagu dangdut dengan epik.

"Melalui Klothek'an, saya mendapat banyak pengalaman yang unik dan menarik bersama teman-teman yang baru. Ternyata menjadi aktor tidak hanya tentang hapal naskah dan bisa berperan," kata Febrian Lingga HL Toruan.

"Namun, juga perlu ada metode-metode tertentu untuk mendalami karakter pada setiap tokoh," ujar pelajar yang berperan sebagai tokoh Kepeng itu.

Mereka berharap, semangat anti-korupsi dapat tertanam di kalangan masyarakat, serta semakin banyak digencarkan lagi. Baik dalam bentuk sosialisasi maupun pementasan seni.

(red)

Editor : Fuart