BANYUWANGI | ARTIK.ID - Memasuki bulan Suro dalam kalender jawa, Banyuwangi memiliki segudang adat dan tradisi. Salah satunya tradisi ritual Petik Laut.
Diawali dengan doa, sebuah perahu kecil berisi sesajen kepala sapi, hasil bumi dan laut, di arak dan kemudian dilarung ke laut di Pantai Lampon, Desa Pesanggaran, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Rabu (19/07/2023).
Baca Juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Sukses Tampilkan Potensi Batik di Kancah Nasional
Kegiatan ini digelar meriah dengan ulur tangan para nelayan Pantai Lampon. Diringi iringan musik tradisional Banyuwangi, musik bali dan diramaikan pagelaran wayang kulit, kesenian janger, jaranan, serta dangdut.
Ipuk Fiestiandani memberi sambutan pada perayaan petik laut
Tradisi ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan hasil laut para nelayan selama setahun. Tradisi ini tersirat seribu doa dan harapan untuk keselamatan dan rezeki yang melimpah tahun ini.
Tokoh masyarakat Suharsono mengungkapkan, kegiatan ini merupakan tradisi turun menurun yang telah dilaksanakan sejak 1927.
Baca Juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Hadirkan Batik Jeruji dari Warga Binaan Lapas
Arak-arakan petik laut banyuwangi
"Ritual digelar setahun sekali tiap tanggal 1 Suro atau 1 Muharam. Selain larung sesaji, prosesi ritual juga dilaksanakan dengan prosesi selamatan," ungkap Suharsono.
Sementara itu dalam sambutannya, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sangat mengapresiasi warga di Pantai Lampon yang sudah menggelar acara tersebut.
Baca Juga: Mati Suri 20 Tahun, PT KAI Akan Reaktivasi Jalur Kereta Kalisat Panarukan
"Kami sangat bangga kepada warga nelayan pantai Lampon yang guyup dan rukun dalam menggelar kegiatan yang telah turun temurun sejak puluhan tahun yang lalu. Tradisi ini akan terus berlanjut turun temurun atas guyub rukun warganya." kata Bupati Ipuk.
Pantai Lampon merupakan pantai yang sangat indah dengan pemandangan pohon kelapa yang sangat banyak menghiasi bibir pantai.
(ara)
Editor : Natasya