Safari Politik Ganjar Pranowo ke Masjid Agung Banten Tak Bisa Ditindak

avatar Artik

BANTEN | ARTIK.ID - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDIP sebagai bakal calon presiden 2024, baru-baru ini melakukan safari politik ke Masjid Agung Banten. Kunjungan ini menuai kontroversi karena dianggap melanggar etika politik dan menyalahgunakan rumah ibadah sebagai ajang kampanye.

Menurut Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Ganjar seharusnya tidak menggunakan tempat ibadah, tempat pendidikan, atau fasilitas pemerintah untuk bersilaturahmi politik dan kampanye. Hal ini dinilai sebagai soal etika yang harus dipatuhi oleh semua bakal calon presiden.

Baca Juga: Menteri Kelautan dan Perikanan Potong Kurban Seberat 1,2 Ton, Saingi Jokowi

"Dari awal saya sampaikan, tolong punya etika dong. Jangan gunakan tempat ibadah sebagai ajang kampanye walaupun belum tahapan kampanye," kata Koordinator Divisi Hukum dan Penyelesaian Sengketa Bawaslu RI Totok Hariyono kepada wartawan, Rabu (31/5/2023).

Namun, Bawaslu juga mengakui bahwa mereka tidak bisa menindak Ganjar secara hukum karena belum ada unsur pelanggaran kampanye. Selain itu, Ganjar juga belum ditetapkan sebagai calon presiden resmi oleh KPU.

"Karena unsur pelanggarannya belum ada, maka kita masuk di ruang etika. Artinya, sanksinya ya sanksi moral, kepada siapa pun itu," ujar Totok.

Lantas, apa motivasi Ganjar melakukan safari politik ke Masjid Agung Banten? Apakah ini merupakan strategi politik yang cerdas atau justru kontraproduktif?

Masjid Agung Banten adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Indonesia. Masjid ini juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi karena merupakan peninggalan dari Kesultanan Banten yang pernah berjaya di masa lalu.

Masjid ini juga menjadi tempat ziarah bagi umat Islam karena di sana terdapat makam Sultan Maulana Hasanudin, pendiri Kesultanan Banten dan salah satu wali Songo yang menyebarkan Islam di Nusantara.

Baca Juga: Jokowi Panggil Prabowo Terkait Proposal Rusia dan Ukraina yang Tuai Polemik

Dengan mengunjungi Masjid Agung Banten, Ganjar mungkin ingin menunjukkan bahwa dia adalah sosok yang religius dan menghormati tradisi Islam di Indonesia. Ganjar juga mungkin ingin mendekatkan diri dengan para kiai sepuh dan jemaah yang ada di sana.

Selain itu, Ganjar juga mungkin ingin meningkatkan elektabilitasnya di Banten, salah satu provinsi yang memiliki jumlah pemilih yang cukup besar. Menurut survei LSI Denny JA, Ganjar masih berada di urutan ketiga dengan raihan 4,3 persen di Banten.

Di urutan pertama ada Prabowo Subianto dengan 48,2 persen dan di urutan kedua ada Anies Baswedan dengan 17,5 persen. Dengan safari politiknya, Ganjar mungkin berharap bisa menarik simpati dan dukungan dari masyarakat Banten.

Namun, safari politik Ganjar juga berisiko menimbulkan reaksi negatif dari sebagian masyarakat yang menganggapnya tidak etis dan tidak sopan. Beberapa orang mungkin merasa bahwa Ganjar telah mencampuradukkan agama dan politik serta mengganggu kekhusyukan ibadah.

Baca Juga: Terkuak, Pertemuan PAN dan PDIP Bahas Erick Thohir Sebagai Cawapres

Beberapa orang juga mungkin meragukan keikhlasan dan keseriusan Ganjar dalam menjalankan tugasnya sebagai gubernur Jawa Tengah. Mereka mungkin berpikir bahwa Ganjar lebih sibuk berkeliling daerah daripada memperhatikan masalah-masalah yang ada di provinsinya sendiri.

Safari politik Ganjar di Masjid Agung Banten menunjukkan bahwa dia adalah seorang politisi yang berani dan ambisius. Namun, dia juga harus berhati-hati agar tidak melanggar etika dan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Ganjar harus bisa membuktikan bahwa kunjungannya bukan sekadar pencitraan belaka, tetapi juga memiliki dampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan rakyat.

(diy)

Editor : Redaksi