SURABAYA - Kapolda Jawa Timur, Irjen Nanang Avianto, mengatakan bahwa proses pendataan korban ambruknya musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, dilakukan dengan membagi ke dalam tiga klaster: santri, pengurus pesantren, dan pekerja pembangunan.
“Dari perkembangan yang ada, data penghuni yang tercatat di posko kita kelompokkan. Pertama santri, kedua pengurus, dan ketiga para pekerja yang sedang melakukan pembangunan di pesantren,” terang Kapolda, Jumat (3/10/2025).
Baca Juga: Antisipasi Ribuan Aksi Buruh May Day 2025, Polda Jatim Siagakan 3.700 Personel
Menurutnya, pengelompokan ini penting agar tim bisa lebih mudah melacak keberadaan orang-orang yang sebelumnya berada di lokasi saat musala runtuh. Dari hasil pendataan awal, mayoritas yang terdata baru santri dan pengurus, sementara identifikasi pekerja masih terus dilakukan.
Meski demikian, Kapolda menegaskan bahwa prioritas utama sejak awal adalah menyelamatkan korban. “Tahapan awal yang kita lakukan adalah fokus pada pertolongan korban, sambil pendataan berjalan,” ujarnya.
Ia menambahkan, setelah masa golden time berakhir, proses evakuasi akan difokuskan pada pembersihan material. Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, Damkar, hingga relawan, terus dikerahkan untuk mempercepat pencarian. “Agar tidak terkendala, kami pusatkan proses penanganan di RS Bhayangkara. Di sana sudah dipersiapkan peralatan dan tenaga medis,” tambahnya.
Baca Juga: Pangdam V Brawijaya Hadiri Pembukaan Turnamen Bola Voli Piala Kapolri 2024 di Gresik
Hingga saat ini, Kapolda menyebut masih ada sekitar 58 orang yang belum diketahui keberadaannya. “Bertahap sudah ditemukan tambahan lima korban,” ungkapnya. Lima jenazah yang baru ditemukan kini berada di RS Bhayangkara Surabaya untuk diidentifikasi melalui biometrik, DNA, serta barang pribadi yang melekat.
“Data awal dari Dukcapil digunakan, mulai dari sidik jari, retina mata, darah, DNA, hingga pakaian yang dikenakan. Semuanya sedang dicocokkan agar identifikasi bisa segera selesai,” jelas Kapolda.
Ia menegaskan, identifikasi korban sangat penting agar keluarga mendapat kepastian terkait anggota keluarganya yang hilang. Seluruh proses, lanjutnya, dilakukan secara transparan melalui posko pendataan yang juga terbuka bagi media.
Baca Juga: Kapolda Jatim Kunjungi Korban Tragedi Kanjuruhan di RSAA Malang
“Apapun hasilnya harus diterima sebagai musibah. Namun peristiwa ini juga menjadi pembelajaran agar setiap pembangunan memenuhi standar teknis dan perizinan, supaya kejadian serupa tidak terulang,” pungkasnya. (red)
Editor : Fudai