Aksi Heroik Perobekan Bendera Belanda oleh Arek-arek Suroboyo Lewat Sebuah Teatrikal Kolosal

SURABAYA - Nuansa heroisme arek-arek Suroboyo kembali bangkit melalui pertunjukan kolosal “Surabaya Merah Putih”, sebuah pementasan yang memadukan sejarah, seni dan edukasi.

Acara akan digelar Minggu, 21 September 2025 pukul 07.30 WIB, tepat di depan Hotel Majapahit (dahulu Hotel Yamato), tempat bersejarah perobekan bendera Belanda. Diprakarsai Pemkot Surabaya bersama seniman lintas disiplin, pelajar, komunitas sejarah, veteran, dan Paguyuban Sepeda Kuno. 

Baca Juga: Insiden Bendera Terbalik, Wali Kota Eri Cahyadi Tetap Apresiasi Kesigapan Paskibraka

Pentas ini diselenggarakan bertepatan dengan Car Free Day di Jalan Tunjungan. Tidak sekadar tontonan, melainkan ajang edukasi publik yang menghadirkan kembali atmosfer perjuangan rakyat Surabaya. Menariknya, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga ikut tampil memerankan tokoh Residen Soedirman, sosok pemimpin rakyat pada masa itu.

“Melalui pementasan ini, kami ingin masyarakat merasakan kembali semangat pantang menyerah 19 September 1945, semangat yang melahirkan julukan Surabaya sebagai Kota Pahlawan,” ujar Eri, Rabu (17/9/2025).

Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)

Menurutnya, menghidupkan kembali peristiwa heroik di Hotel Majapahit bukan hanya menjaga ingatan sejarah, melainkan juga memperkuat identitas Surabaya sebagai Kota Pahlawan serta memberi inspirasi bagi generasi penerus.

Masyarakat pun diajak hadir menyaksikan langsung pertunjukan gratis ini di sepanjang Jalan Tunjungan. “Nikmati suasana sejarah yang kami hadirkan ulang secara spektakuler, dan rasakan getaran perjuangan yang pernah terjadi delapan dekade silam,” tambahnya.

Baca Juga: Basra Loop Menjadi Jalur dan Spot Favorit Bagi Pelari serta Fotografer di Surabaya

Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)

Eri menegaskan, teatrikal perobekan bendera harus dilestarikan agar semangat perjuangan tidak luntur. “Arek-arek Surabaya tidak boleh melupakan sejarah. Banyak pejuang rela mengorbankan nyawa demi kemerdekaan. Semangat itu yang harus kita jaga, bukan saling bertikai,” tuturnya.

Berbeda dari pementasan profesional, teatrikal kali ini sepenuhnya melibatkan warga Surabaya. Hal ini, menurut Eri, menjadi bukti kreativitas generasi muda yang mampu melahirkan konsep segar sekaligus menyalakan kembali api perjuangan.

Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)Penyobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, saat ini Hotel Majapahit (Foto dokumen artik/Fudai)

Baca Juga: Surabaya Sumringah Sambut Karnaval Budaya APEKSI, Kota Pahlawan Jadi Panggung Nusantara

Kepala Disbudporapar Surabaya, Hidayat Syah, menyebut pertunjukan berdurasi sekitar 90 menit itu akan dikemas dengan skenografi ludrukan khas Surabaya tempo dulu. Elemen seni yang ditampilkan meliputi teater, tari, puisi, musik keroncong, seni instalasi, hingga parade sepeda kuno, yang menghadirkan suasana tegang Surabaya tahun 1945.

Acara akan dibuka dengan pembacaan Proklamasi Pemerintahan Republik Indonesia oleh Wali Kota Eri, kemudian adegan negosiasi dramatis dengan pengacara pro-Belanda Mr. Ploegman. Bagian puncak adalah peristiwa perobekan bendera oleh Hariyono, diiringi lagu “Berkibarlah Benderaku” yang akan menggugah emosi penonton.

Sekitar 1.000 peserta terlibat dalam pementasan ini, terdiri dari seniman, pelajar, dan komunitas lokal. “Pertunjukan ini bukan sekadar rekonstruksi, tapi juga media edukasi publik yang membangkitkan kesadaran generasi muda tentang arti kemerdekaan,” pungkas Hidayat. (red)

Editor : Natasya