Nasib Tragis Pengamen Surabaya, Lutfiyah Dorong Ruang Ekspresi dan Pemberdayaan

Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Lutfiyah. (Doc Rudy)
Wakil Ketua Komisi D DPRD Surabaya Lutfiyah. (Doc Rudy)

SURABAYA– Kejadian tragis menimpa seorang pengamen yang diduga tewas setelah tercebur di Sungai Jagir, Insiden ini menyulut keprihatinan dari berbagai pihak, salah satunya wakil ketua komisi D DPRD Surabaya, Lutfiyah.

Lutfiyah menyoroti perlunya tindakan yang lebih manusiawi terhadap para pengamen. "Pemberdayaan bakat untuk pengamen sangat diperlukan untuk mencegah tragedi ini terulang lagi," tuturnya pada Warta Artik.id Rabu (27/08). 

Baca Juga: Pemkot Surabaya Genjot PAD, Wiwiek Widyawati Sebut Tiga Instrumen Strategis Tingkatkan Efisiensi

Srikandi Politisi Partai Gerindra ini menegaskan, penertiban pengamen di Surabaya harus dilakukan secara persuasif dan humanis, mengingat mereka tetap memiliki hak sebagai warga negara.

Sebagai solusi, Lutfiyah mengusulkan ide-ide kreatif untuk mengangkat martabat para pengamen. 

“Kita bisa tempatkan mereka di ruang-ruang publik tempat pariwisata atau SWK agar mereka bisa menghibur masyarakat sekaligus mencari nafkah dengan cara yang lebih terhormat,” Tambahnya.

Baca Juga: Surabaya Mencekam, Konflik Jalanan Meledak, Bakesbangpol Jangan Hanya Jadi Penonton

Ia juga menyarankan agar Pemkot Surabaya mengadakan lomba seni bagi para pengamen tujuannya Agar mereka punya wadah untuk berekspresi, sekaligus menghapus stigma negatif yang selama ini melekat. 

Larangan untuk pengamen di Surabaya Perlu adanya sosialisasi secara masif lewat media, papan peringatan, hingga kampanye online dan offline. 

Aturan jam malam pun harus disampaikan dengan jelas agar semua pihak tahu dan paham. 

Baca Juga: Surabaya Mencekam, Konflik Jalanan Meledak, Bakesbangpol Jangan Hanya Jadi Penonton

Di akhir pernyataannya, Lutfiyah juga mengimbau masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menaati peraturan demi terciptanya ketertiban yang tetap menghormati nilai- nilai kemanusiaan.

Tragedi ini menjadi pengingat pentingnya pendekatan yang lebih empatik dalam menangani masyarakat marginal, bahwa keamanan dan keteraturan kota tak harus mengorbankan hak dan nyawa mereka yang berjuang di jalanan Surabaya. (Rda) 

Editor : rudi