Peran LPD Dalam Upacata Ngaben Massal di Desa Selat Nyuhan, Bangli

I Dewa Ketut Wenten, pemucuk LPD Desa Adat Selat Nyuhan,
I Dewa Ketut Wenten, pemucuk LPD Desa Adat Selat Nyuhan,

 

BANGLI | ARTIK.ID – Desa Selat Nyuhan, Bangli, kembali akan menggelar upacara besar Ngaben Massal pada Jumat, 23 Agustus 2024. Upacara ini merupakan salah satu tradisi sakral dan penuh makna dalam kehidupan masyarakat Bali, khususnya dalam rangka menghormati leluhur. Upacara Atiwa Atiwa Lan Atma Wedana ini menjadi simbol kebersamaan dan gotong royong yang telah diwariskan secara turun-temurun di desa adat ini. 

Baca Juga: Sang Nyoman Sedana Arta dan I Wayan Diar Gelar Persembahyangan Bersama di Terunyan Menyambut Pilkada

Ngaben Massal yang diselenggarakan oleh Desa Adat Selat Nyuhan bukanlah sekadar ritual pemakaman, melainkan merupakan manifestasi dari filosofi hidup masyarakat Bali yang menjunjung tinggi kebersamaan, rasa hormat kepada leluhur, serta menjaga keseimbangan spiritual dan sosial. 

Peran serta, LPD (Lembaga Perkreditan Desa) juga berkontribusi dalam penyelenggaraan acara ini. I Dewa Ketut Wenten, pemucuk LPD Desa Adat Selat Nyuhan, menegaskan pentingnya tanggung jawab moral LPD dalam mendukung upacara adat yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Bali. "LPD bersama dengan karyawan dan masyarakat desa akan selalu hadir untuk mendukung kegiatan adat dan menjaga tradisi. Kami bangga bisa menjadi bagian dari upacara ini, apalagi bertepatan dengan perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-79," ujarnya.

Semantara itu menurut pemaparan Dewa Sita, pemangku adat Desa Selat Nyuhan, Ngaben Massal biasanya digelar setiap lima tahun sekali. Namun, pada tahun ini, pelaksanaannya diundur dari 2023 menjadi 2024 karena bertepatan dengan upacara besar di Pura Dalem dan Pura Purwagung. "Penundaan ini dilakukan dengan penuh kehati-hatian, menghormati siklus spiritual yang telah ditetapkan oleh adat dan agama," ungkap Dewa Sita saat ditemui Newsyess.

53 Sawo Diaben: Kebersamaan dalam Upacara Ngaben Massal

Pada pelaksanaan Ngaben Massal kali ini, sebanyak 53 sawo akan diaben, dengan rincian 59 sawo yang dilaras. Jumlah ini mencerminkan partisipasi aktif masyarakat desa adat, yang secara kolektif turut serta dalam memenuhi kebutuhan upacara dan konsumsi. Upacara Ngaben Massal ini dirancang agar lebih terjangkau bagi seluruh masyarakat, terutama mereka yang kurang mampu, namun tetap sarat akan makna spiritual yang mendalam.

Menurut Dewa Sita, biaya pelaksanaan Ngaben Massal jauh lebih ringan dibandingkan upacara pribadi. "Untuk satu sawo, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp. 8,5 juta, jauh lebih rendah dibandingkan upacara pribadi yang dapat mencapai 25 hingga 50 juta rupiah," jelasnya. Biaya yang lebih ringan ini memungkinkan semua warga desa dapat melaksanakan upacara yang sama tanpa terbebani secara finansial.

Tradisi Ngaben Massal ini telah berlangsung sejak 2013, dilanjutkan pada 2017, dan kini kembali digelar pada 2024. Ini menunjukkan betapa kuatnya sistem gotong royong yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Desa Selat Nyuhan.

Sumber Dana dan Dukungan

Baca Juga: Sang Nyoman Sedana Arta dan I Wayan Diar Gelar Persembahyangan Bersama di Terunyan Menyambut Pilkada

Dana untuk pelaksanaan Ngaben Massal ini berasal dari urunan kerama adat, di mana setiap kepala keluarga menyumbang Rp. 250 ribu. Selain itu, upacara ini juga mendapatkan dukungan dana desa sebesar Rp. 40 juta, meskipun setelah dipotong berbagai kebutuhan, jumlah bersih yang diterima adalah Rp. 34,8 juta. 

Perlunya partisipasi dari perusahaan swasta seperti PT Sinar Mahardika Sentosa (PT SMS) juga mendapat apresiasi besar dari masyarakat. PT SMS memberikan bantuan berupa air minum mineral untuk mendukung pelaksanaan upacara ini. "Bantuan ini adalah bentuk karma baik. Tuhan yang akan memberikan pahala atas kontribusi ini, dan semoga bermanfaat bagi semua," tutur Dewa Sita dengan penuh rasa syukur.

Simbol Kebersamaan dan Spiritualitas

Ngaben Massal di Desa Selat Nyuhan bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebuah simbol kuat dari kebersamaan, gotong royong, dan rasa syukur. Bagi masyarakat Bali, upacara ini mencerminkan filosofi hidup yang selalu menghormati leluhur dan menjaga keseimbangan alam, manusia, dan spiritualitas.

“Dengan melaksanakan upacara ini, kami tidak hanya menghormati leluhur, tetapi juga menjaga hubungan harmonis antarwarga dan alam. Upacara ini adalah salah satu bentuk syukur kami kepada leluhur atas berkah yang telah kami terima, serta harapan agar generasi mendatang tetap memegang teguh nilai-nilai luhur yang telah diwariskan,” ujar Dewa Sita

Baca Juga: Sang Nyoman Sedana Arta dan I Wayan Diar Gelar Persembahyangan Bersama di Terunyan Menyambut Pilkada

Inspirasi untuk Generasi Mendatang

Upacara Ngaben Massal ini memberikan inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus memelihara tradisi yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Semangat kebersamaan dan gotong royong yang terjalin dalam setiap pelaksanaan Ngaben Massal ini menjadi contoh nyata bahwa nilai-nilai luhur adat Bali masih tetap terjaga dengan baik hingga saat ini.

Dengan dukungan penuh dari masyarakat, lembaga adat, dan berbagai pihak, Ngaben Massal di Desa Selat Nyuhan diharapkan dapat terus dilaksanakan dan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di Bali untuk melestarikan tradisi yang sarat makna dan penuh hikmah ini. 

Ngaben Massal tidak hanya menjadi ajang untuk menghormati leluhur, tetapi juga sebagai momentum untuk menguatkan ikatan sosial di antara warga, memupuk rasa gotong royong, dan menjaga harmoni dalam kehidupan bersama.(*)

Editor : LANI