GIANYAR | ARTIK.ID - Polemik pembangunan kasino di Bali mengundang reaksi beragam dari berbagai kalangan, termasuk para pengusaha muda yang tersebar di seluruh pulau Dewata. Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) BPC Gianyar, I Putu Aditya Prabawa Budiasa, memberikan tanggapannya yang menambah panas perdebatan.
Pro: Sebuah Daya Tarik Baru dan Pemerataan Pariwisata
Baca Juga: I Made Mahayastra Hadiri Pelantikan Anggota DPRD Gianyar Periode 2024-2029, PDIP Raih 31 Kursi
Menurut Aditya Prabawa, pembangunan kasino dapat menjadi daya tarik baru bagi pariwisata Bali, terutama jika dikembangkan di daerah-daerah yang kurang berkembang.
Pilihan Redaksi:
- Eri Cahyadi Disoal Wartawan Terkait PSN Usai Paripurna Jawaban Pandangan Umum Fraksi DPRD Surabaya
- Penyelarasan PP Rokok dan Perda KTR, Bapemperda DPRD Kota Surabaya Siap Melarang Rokok Eceran
- Pro Kontra Pembangunan Kasino di Bali, Pengusaha Muda Bersikukuh, Kekhawatiran Budaya Terkikis
- Tanggapan Eri Cahyadi pada Paripurna DPRD Kota Surabaya, Fokus Perbaikan Infrastruktur dan Kesehatan
- PDAM Surabaya Capai Deviden Rp.140,1 Miliar pada 2023, Melampaui Target Karena Kenaikan Tarif
- PPP Usung Eri Cahyadi dan Armuji, Buchori Imron Sebut Partai Pertama yang Memberi Rekom
"Saya mendukung pengembangan bisnis kasino ini karena bisa menjadi daya tarik baru di Bali. Terlebih lagi, jika dikembangkan di daerah dengan APBD yang rendah, kasino dapat menjadi bentuk pemerataan atraksi wisata di pulau ini," ujarnya pada 1 Agustus 2024.
Aditya menekankan bahwa kehadiran kasino akan menarik wisatawan kelas atas yang memiliki daya beli tinggi. "Dengan dibangunnya kasino, kita menarik wisatawan yang menyukai eksklusivitas. Kasino dengan standar internasional dapat memberikan standar baru terhadap wisata di Bali, bersaing secara internasional dan menarik kalangan yang menyukai hiburan kelas tinggi," tambahnya.
Kontra: Kegelisahan Masyarakat dan Isu Legalitas
Namun, pembangunan kasino juga menuai banyak kontra dari masyarakat yang menilai aktivitas ini sebagai tindakan ilegal yang berpotensi membawa dampak negatif. Kekhawatiran tentang dampak sosial dan budaya menjadi alasan utama penolakan ini. Masyarakat resah dengan efek samping yang mungkin timbul dari keberadaan kasino.
Aditya menanggapi isu legalitas ini dengan pandangan pragmatis. Menurutnya, melegalkan kasino justru mempermudah pengawasan dan regulasi.
Baca Juga: I Made Widana, Mantan Kades, Terpilih Menjadi Anggota DPRD Gianyar Dapil Tampaksiring
"Jika kasino ilegal, sulit bagi pemerintah menetapkan batasan-batasan yang jelas. Legalitas memudahkan pengawasan dan penegakan sanksi terhadap pelanggaran atau tindak kriminal dalam bisnis ini," jelasnya.
Kekhawatiran Budaya dan Harmoni dengan Tradisi
Salah satu kekhawatiran terbesar adalah kemungkinan tergerusnya budaya Bali dengan hadirnya kasino. Masyarakat takut bahwa nilai-nilai tradisional dan budaya yang kental akan tergeser oleh bisnis hiburan kelas atas ini. Aditya Prabawa mengakui kekhawatiran ini, namun ia percaya bahwa bisnis dan budaya bisa berjalan beriringan.
"Banyak yang khawatir budaya akan tergerus, namun budaya dan tradisi dapat dimasukkan ke dalam bisnis ini. Dengan begitu, kita tidak mengesampingkan budaya yang sudah ada, melainkan menciptakan harmonisasi dan kolaborasi," katanya optimis.
Baca Juga: Alishter Gelar Training of User tentang Pestisida Terbatas, Diikuti 100 Petani di Gianyar
Kesempatan atau Ancaman?
Dengan derasnya desas-desus pembangunan kasino ini, perdebatan antara pro dan kontra terus bergulir. Dari sudut pandang pengusaha seperti Aditya Prabawa, kasino adalah peluang emas untuk meningkatkan daya tarik pariwisata Bali, mengundang wisatawan premium, dan menciptakan pariwisata dengan tingkat eksklusivitas yang tinggi.
Namun, kekhawatiran tentang dampak sosial, budaya, dan legalitas tidak dapat diabaikan. Masyarakat Bali kini berada di persimpangan, di mana keputusan tentang pembangunan kasino akan menentukan arah masa depan pariwisata dan kehidupan sosial di pulau Dewata ini.
Apakah pembangunan kasino akan membawa Bali ke era baru yang lebih gemilang atau justru menimbulkan kerusakan yang tak terperbaiki? Waktu dan kebijakan yang bijaksana akan menjawabnya.(*)
Editor : LANI