BANYUWANGI | ARTIK.ID - Para pandai besi di desa-desa Banyuwangi tetap eksis dan bertahan di tengah persaingan ketat dengan produk pabrikan peralatan dapur dan pertanian yang banyak beredar di pasaran. Kualitas produk mereka yang terjaga secara turun-temurun membuat mereka masih menerima banyak pesanan, bahkan hingga ke berbagai provinsi.
Di Banyuwangi, terdapat banyak sentra pandai besi, seperti di Desa Kabat Kecamatan Kabat, Desa Yosomulyo Kecamatan Gambiran, Desa Bulurejo Kecamatan Purwoharjo, Desa Lemahbangkulon Kecamatan Singojuruh, dan Desa Sumberbaru Kecamatan Singojuruh.
Baca Juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Sukses Tampilkan Potensi Batik di Kancah Nasional
Mereka mempertahankan eksistensi dengan menjaga kualitas yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Salah satu pandai besi, Kandar Nurhadi dari Dusun Kendal, Desa Sumberbaru, Kecamatan Singojuruh, masih aktif menerima pesanan dari berbagai wilayah di Banyuwangi, Jember, dan berbagai provinsi lainnya.
Baca Juga:
- Kecantikan Memukau Aktris Cilik Korea Kim Yoo Jung yang Beranjak Gede
- Banjiri 18.000 Supermarket se Indonesia, Ipuk Fiestiandani Dorong Ekspansi Beras Organik Banyuwangi
- Festival Padhang Ulanan, Ipuk Fiestiandani Sebut sebagai Sarana Edukasi dan Investasi Budaya
- KAI Commuter Wilayah 8 Surabaya Layani 119.733 Pengguna Selama Libur Iduladha dan Sekolah
- Teknologi Kuantum akan Merevolusi Peradaban Manusia, Ini Faktanya
“Pesanan biasanya datang dari Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Sumbawa. Mereka langsung memesan kepada saya,” ujar Kandar.
Dusun Kendal Desa Sumberbaru sudah lama dikenal sebagai kampung pandai besi, dengan puluhan pandai besi yang membuat berbagai peralatan dapur dan pertanian. Mulai dari pisau buah hingga pisau besar untuk memotong daging, serta cangkul, celurit, sekop, dan lainnya.
Baca Juga: Ipuk Fiestiandani Fasilitasi Lulusan SMK Banyuwangi Berwirausaha dengan Bantuan Alat Usaha
Para pandai besi di desa ini juga mampu membuat aneka senjata untuk kebutuhan seni, seperti pedang atau golok dengan ukiran khusus sesuai pesanan.
“Kalau pesanan khusus biasanya meminta ada ukiran, itu yang membuat butuh waktu lebih lama. Saya pernah membuat pedang dengan selongsong berukir. Harganya tergantung tingkat kesulitannya,” jelas Kandar.
Kandar sudah menekuni profesi pandai besi selama 35 tahun, belajar dari kakeknya, Mbah Kawit, yang merupakan perintis pandai besi di desa tersebut. Meskipun kini terbantu dengan mesin, Kandar tetap membuat perkakas secara manual seperti yang diajarkan kakeknya.
Kandar selalu menjaga kualitas produknya dengan menggunakan baja sebagai bahan baku utama karena ketahanannya dan ketajamannya yang terbukti. “Kami menggunakan baja agar kualitas dan ketajamannya tahan lama,” tambah Kandar.
Baca Juga: Ipuk Fiestiandani Fasilitasi Lulusan SMK Banyuwangi Berwirausaha dengan Bantuan Alat Usaha
Setiap hari, Kandar bisa memproduksi 10 perkakas yang dipasarkan ke Pasar Gendoh, Genteng, Srono, Wonosobo, dan pasar lainnya. Dia juga memenuhi kebutuhan pasar di Jember.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sangat mengapresiasi saat mengunjungi desa ini dan melihat langsung proses pembuatan perkakas oleh para pandai besi.
“Kualitasnya sangat bagus dan kuat karena dibuat secara tradisional. Terbukti hingga kini para pandai besi di kampung ini banyak menerima pesanan dan mampu bersaing dengan produk pabrikan,” kata Ipuk. (*)
Editor : Fudai