BANYUWANGI | ARTIK.ID - Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan atau biasa disebut Komnas Perempuan mengapresiasi program Pemkab Banyuwangi berkaitan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak. Hal tersebut disampaikan oleh Komisioner Komnas Perempuan Imam Nakhai saat berkunjung ke Banyuwangi, Senin (16/10/2023).
“Kami melihat Banyuwangi memiliki perhatian yang cukup tinggi untuk memberikan perlindungan terhadap perempuan dan anak,” ungkap Nakhai yang sedang melakukan kajian kebijakan daerah dalam melindungi hak-hak kalangan minoritas penghayat dan adat, khususnya di kalangan perempuan dan adat.
Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Sukses Tampilkan Potensi Batik di Kancah Nasional
Upaya pemkab dalam menghadirkan perlindungan tersebut terlihat dari regulasi yang tersedia. Di antaranya adalah Perda No. 1 tahun 2011 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban kekerasan dan Perdagangan Orang. Adapula Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 44 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Ruang Pemberdayaan Perlindungan Ibu. Melalui Surat Keputusan Bupati Banyuwangi nomor 188/79/kep/429.011/2023 juga dibentuk Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Banyuwangi.
“Upaya ini akan kami jadikan rekomendasinya nantinya untuk para pemangku kebijakan dalam memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak dari kalangan penghayat dan masyarakat adat yang kerap kali tersisih,” imbuhnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Banyuwangi Mujiono menjabarkan sejumlah program yang dilakukan oleh pemkab untuk merealisasikan hal tersebut.
Di antaranya adalah Program Ruang Rindu yang memberikan layanan bagi perempuan dan anak. Mulai layanan hukum, psikososial dan rehabilitasi sosial, serta dilengkapi program pemberdayaan perempuan korban kekerasan mulai bantuan alat usaha produktif, warung naik kelas, hingga fasilitasi izin usaha mikro.
Baca juga: Banyuwangi Batik Festival 2024 Hadirkan Batik Jeruji dari Warga Binaan Lapas
“Di program ini, kami melayani semua lapisan masyarakat yang ada di Banyuwangi. Termasuk masyarakat penganut kepercayaan dan adat,” ujar Mujiono.
Selain itu Banyuwangi juga memiliki sejumlah program inovasi di bidang pendidikan untuk meningkatkan kepedulian siswa serhadap sesama dan anti bullying. Antara lain Program Siswa Asuh Sebaya (SAS) yakni program kepedulian siswa terhadap rekannya dengan menyisihkan uang jajan setiap pekan.
“Sejak diluncurkan pada tahun 2012 program ini telah mengumpulkan lebih dari Rp. 20 milyar dana yang digunakan untuk membantu operasional siswa kurang mampu mulai tas, sepatu, buku hingga alat transportasi sepeda. Jadi lewat program ini para siswa diajarkan untuk peduli pada sesama sejak dini,” terang Mujiono.
Baca juga: Ipuk Fiestiandani Fasilitasi Lulusan SMK Banyuwangi Berwirausaha dengan Bantuan Alat Usaha
Selain itu untuk mengasah kehalusan budi pekerti, siswa di Banyuwangi juga diberi ruang untuk mengekspresikan bakat seni dan budayanya lewat event Banyuwangi Culture Every Week.
“Kami memberi wadah bagi siswa mulai tingkat SD-SMA agar bisa menyalurkan energi positifnya lewat event ini. Siswa yang tampil setiap minggu bergiliran dari tiap sekolah se-Banyuwangi. Dan ini juga telah menjadi salah satu atraksi pariwisata di Banyuwangi,” pungkasnya.
(*)
Editor : Natasya