“Kaderisasi yang berbasis pada literasi dan penyadaran sosial realitas, juga gerakan yang berdasar pada solidaritas akan kepentingan bersama yang substansial adalah faktor primer dalam terwujudnya pembangunan yang berkemajuan dan demokrasi ideal yang sesuai dengan nilai dan karakteristik bangsa Indonesia”
Catatan yang ditulis pria yang lahir di Dusun Manggajang, Desa Palenggiyan, Kecamatan Kedungdung, Kabupaten Sampang itu bukan tanpa alasan. Paduan antara literasi, kesadaran sosial, dan gerakan solidaritas itu lahir dari pembacaan teks dan konteks yang ketat. Ketertarikannya dengan dunia literasi tak dibangun dalam waktu singkat.
Baca juga: Wali Santri Al-Zaitun dan Pendiri Negara Islam Indonesia Saling Lapor Bareskrim
Baca Juga:
Pelaku Pencuri Besi Penutup Gorong-gorong Diamankan Polisi
Sedari dulu, kehidupannya akrab dengan membaca, diskusi, dan menulis. Perkenalan dia dengan gerakan-gerakan literasi sekira tahun 2009-2010. 13 tahun lalu, kala itu, ia diamanahi untuk menjadi Wakil Ketua Osis MTs Miftahul Mustarsyidin. Di wadah itulah, Makin mulai kenal dengan pelbagai dinamika organisasi.
Menimba ilmu di sebuah sekolah menengah pertama berbasis pesantren, Makin tak hanya berkenalan dengan teks-teks berbahasa Indonesia. Kitab-kitab kuning karya ulama’ pun takluput ia pelajari. Dari situ, benih-benih kecintaan Makin terhadap literasi mulai tampak. Pergulatan teks dan konteksnya tak selesai di situ. Ia melanjutkan semangat tholabul ilmi ke salah satu pesantren tua di Kabupaten Sampang, PP. Nazhatut Thullab.
Di pesantren yang lahir pada tahun 1702 M—berusia sekitar tiga abad lebih—itu Makin meneruskan pendidikan formal di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di pesantren itu kehidupan Makin kian kental dengan literasi. Rahim pengetahuan literasi Makin bernama Tabloid Al-Allam PP. Nazhatut Thullab. Di tempat itu, Makin sang pembaca ulung, lahir. Di wadah itu pula ia menghirup nyaris seluruh enigma dan ghirah berliterasi.
Takayal, di tahun 2011 ia ditunjuk untuk menahkodai Tabloid Al-Allam. Selama dua tahun, hingga 2013, ia menjadi Pemimpin Redaksi di sebuah wadah pengembangan bakat jurnalistik santri PP. Nazhatut Thullab. Di tempat itu bakatnya kian berkembang. Ia dikenal sebagai sosok yang tidak gampang puas. Semakin belajar, semakin ia merasa tak tahu apa-apa. Kedisiplinan merupakan hal lain yang dipegang teguh Makin sejak dini. Kedisiplinan telah banyak membentuk karakter dan pribadinya lapis demi lapis.
Teks-teks pesantren tidak membuat Makin enggan menerima ilmu pengetahuan umum. Di tahun 2013 ia berlabuh di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya. Seketika ia mencari ruang anyar untuk terus bergulat dengan teks. Makin pun berkenalan dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sahabat Pustaka Unitomo.
Baca juga: Thoriqul Haq Jadi Ketua IKA PMII Jatim, Direktur Eksekutif CeDep Ucapkan Selamat
Sahabat Pustaka merupakan kegiatan mahasiswa berbasis penalaran, memiliki agenda aktif seperti Reading Day, Arisan Ilmu, Writing Day, Seni Menangani manusia, Ngaji Filsafat dan Bedah Film yang digelar tiap hari mulai Senin-Jumat. Di wadah yang berusia 24 tahun itu ia belajar banyak hal. Teks dan konteks dan tak sekadar dibaca. Ia dipaksa untuk menganalisis, menguliti pelbagai fenomena.
Wawasannya pun kian kaya. Kegiatan-kegiatan progresif yang ia inisiasi lahir dari pembacaan tekstual dan kontekstual. Pondasi dasar literasi Makin yang sudah dibangun sedari dini, itu membuatnya dipercaya untuk membidangi Koordiantor Bidang Kaderisasi, Sahabat Pustaka Universitas Dr. Soetomo. Kampanye literasi dan berpikir kritis terus digencarkan. Setahun kemudian, 2014-2016, ia kembali diamanahi untuk menahkodai UKM Penalaran Sahabat Pustaka. program Reading Book dan program Mentoring Sahabat Pustaka, menjadi legacy seorang Makin.
Pengetahuan Makin tak hanya disuntik oleh UKM Sahabat Pustaka. Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) turut terlibat membentuk sosok Makin. Di tempat itu ia diajari pelbagai wacana. Mulai dari barat hingga timur. Mulai dari Plato hingga Asghar Ali Engineer. Perpaduan pengetahuan Islam dan Umum mengentalkan ketertarikan Makin berliterasi. Saat ia menjabat sebagai Ketua Umum UKM Sahabat Pustaka, Makin diamanahi untuk memegang Waka Satu PMII Perjuangan Universitas Dr. Soetomo.
Pengalaman ia menjadi sosok pembelajar mengantarkan Makin untuk aktif di Pengurus Cabang (PC) PMII Surabaya. Di tahun 2017-2018 ia diminta untuk mengurusi kader-kader organisasi mahasiswa biru-kuning se-Surabaya. Ia menjabat Bidang Kaderisasi. Pelbagai inovasi dan gagasan segar ia terapkan. Setahun kemudian, pasca berproses di PC PMII Surabaya, ia diamanahi untuk aktif mengurus kader PMII se-Jawa Timur. Makin terlibat aktif di Bidang Kaderisasi Pengurus Koordinator Cabang (PKC) PMII Jawa Timur.
Baca juga: Jangan Cupu, Ketua IKA PMII Terpilih Harus Buka Komunikasi Agar Bermanfaat
Belajar bersama kader PMII se-Jawa Timur pengetahuan dan perspektif Makin kian berwarna. Di titik itu, ia juga dipaksa untuk terus belajar. Pelbagai karakteristik kader yang ia temui mengajarinya banyak hal. Meski disibukkan dengan kehiduapan berorganisasi, kecintaannya terhadap literasi tak luntur. Bahkan ia lebih keras dalam membaca—baik tekstual maupun kontekstual.
Syahdan, argumentasi dan gagasannya tentang literasi, kesadaran sosial, dan gerakan solidaritas tidak ujug-ujug turun dari langit. Ada proses penalaran panjang dari Makin. Ia sadar bahwa semua tindakan progresif itu lahir dari literasi. Ia sadar bahwa pengetahuan itu harus mampu memantik kesadaran sosial. Dan ia juga sadar bahwa kesadaran sosial harus tersublimasikan menjadi gerakan solidaritas. Sebab, Makin menyadari bahwa perubahan tak bisa dilakukan seorang diri.
(redaksi)
Editor : Natasya