Konflik Iran-Israel Picu Krisis Global, Pembicaraan Nuklir Terancam Batal

Reporter : Fudai

JAKARTA - Pecahnya perang antara Iran dan Israel diperkirakan akan membatalkan rencana pertemuan pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang semula dijadwalkan berlangsung pada Minggu (15/6/2025) di Oman.

Rentetan serangan dari kedua pihak memicu keprihatinan global. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan penghentian konflik, menekankan bahwa diplomasi dan perdamaian harus menjadi jalan keluar. Beberapa negara, termasuk Iran, Israel, Irak, Yordania, dan Suriah, memutuskan menutup wilayah udaranya, sementara sejumlah maskapai internasional membatalkan penerbangan menuju kawasan tersebut.

Baca juga: Iran Panggil Diplomat Ukraina, Klarifikasi Dukungan Kyiv atas Serangan AS-Israel ke Iran

Ketegangan ini juga memengaruhi pasar energi global. Harga minyak dunia melonjak tajam hingga menyentuh 75 dolar AS per barel sebelum mengalami sedikit penurunan. Para analis memperingatkan adanya risiko gangguan pada sekitar 20 persen pasokan minyak dunia yang melewati Selat Hormuz akibat konflik ini. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada Senin (16/6/2025) untuk membahas situasi terbaru.

Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, mengungkapkan bahwa dirinya menerima banyak pertanyaan terkait perkembangan perang yang dipicu oleh serangan Israel pada Jumat lalu. Hal tersebut disampaikannya dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (17/6).

“Selama Iran terus diserang dan agresi berlanjut, tentu Iran akan melanjutkan aksi bela diri,” tegas Boroujerdi.

Ia menekankan bahwa Iran memiliki kekuatan untuk mempertahankan diri, berbeda dengan Gaza yang menurutnya tidak memiliki kemampuan serupa.

“Saya berkali-kali sampaikan, Iran bukan Gaza yang tak memiliki kekuatan untuk membela diri, dan bukan negara tanpa kekuatan. Kami adalah negara yang sangat kuat,” ujarnya.

Menurut Boroujerdi, momen ini menjadi penting bagi negara-negara yang dizalimi oleh rezim Zionis, termasuk rakyat Palestina dan Lebanon, untuk melihat bagaimana Iran menunjukkan perlawanan terhadap Israel.

Baca juga: Citra Satelit Serangan AS di Fordow Picu Keraguan, Iran Tetap Bersikeras Lanjutkan Program Nuklir

Dalam sesi tanya jawab, Boroujerdi menegaskan bahwa konflik Iran-Israel tidak memerlukan mediasi pihak mana pun.

“Hal ini sederhana. Selama rezim Zionis melakukan agresi terhadap Iran, maka aksi bela diri melalui serangan balasan akan terus dilakukan. Jika agresi itu berhenti, maka serangan balasan pun akan berhenti,” tegasnya.

Iran juga menilai tindakan Israel yang memperluas konflik ke wilayah Teluk Persia sebagai sebuah kesalahan strategis besar, yang kemungkinan dilakukan dengan sengaja untuk memperluas perang melampaui wilayah Iran.

“Teluk Persia adalah kawasan yang sangat sensitif dan kompleks. Setiap ketegangan militer di sana bisa melibatkan wilayah yang lebih luas, bahkan dunia,” jelas Boroujerdi.

Baca juga: Serangan Terakhir Iran Sebelum Gencatan Senjata, Roket Hantam Israel Tewaskan Pasukan IDF

Ia juga menyerukan kepada komunitas internasional untuk segera bertindak menghentikan agresi ini.

“Kita semua akan merasakan dampak dari ketidakstabilan yang disebabkan oleh tindakan ilegal rezim ini,” ujarnya.

Boroujerdi menambahkan, “Saya mengimbau seluruh negara di dunia untuk menekan rezim ini agar menghentikan perluasan konflik ke wilayah lain, dan segera mengakhiri agresi brutal ini terhadap wilayah dan tanah air kami.”

“Selama agresi pengecut ini terhadap Iran masih berlangsung, kami tidak memiliki pilihan lain selain melakukan aksi balasan terhadap rezim Zionis,” tutupnya. (red)

Editor : Fudai

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru