SURABAYA | ARTIK.ID - Pakar Drainase sekaligus Dosen Teknik Infrastruktur Sipil Fakultas Vokasi ITS, Insinyur Ismail Saud MNT, pada Jumat (16/8) mengungkapkan bahwa sumber air bersih bagi warga Kota Surabaya selama ini berasal dari badan air atau sungai.
Oleh karena itu, mutu air sungai perlu dijaga dengan ketat agar tidak tercemar, sebab jika air baku tercemar, proses pengolahannya akan lebih sulit dan membutuhkan biaya lebih tinggi.
Baca juga: ITS Surabaya Luncurkan Mobil Listrik Mark 4.0, Siap Berlaga di Ajang Formula SAE Jepang
Sebelumnya hal itu telah dibahas dalam sidang Pansus RTRW Komisi C DPRD Kota Surabaya, Rabu (14/8) bersama dinas terkait dan beberapa pakar guna membahas persoalan tersebut yang nantinya akan menjadi dasar dalam raperda.
Ismail menegaskan pentingnya sistem pengolahan air limbah yang efektif untuk menjaga mutu air sungai. Air limbah tidak boleh dibuang langsung ke sistem drainase sebelum memenuhi standar mutu tertentu.
"Setelah memenuhi baku mutu, barulah air limbah bisa dibuang ke drainase," ujarnya.
Saat ini, aliran drainase Surabaya mengalir ke sungai-sungai besar seperti Kali Mas dan Wonokromo di mana tempat Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) berada.
Limbah domestik menjadi salah satu faktor yang memengaruhi kualitas air drainase, sehingga pengelolaan limbah domestik harus lebih baik.
"Limbah rumah tangga perlu diolah terlebih dahulu sebelum masuk ke sistem drainase," tambah Ismail.
Ia menekankan perlunya sistem pengolahan limbah domestik yang bisa diterapkan secara lokal maupun terpadu, yang rencananya akan diimplementasikan dalam jangka waktu 5 hingga 10 tahun sesuai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
Selain itu, Ismail menyebutkan bahwa sistem drainase di Surabaya sebenarnya sudah memadai, tetapi perlu penambahan detail, terutama terkait pengelolaan air hujan.
Setiap pembangunan perumahan, misalnya, perlu menyediakan area penampungan air untuk meresapkan air hujan dan mengonservasi air tanah.
Terkait ketahanan air dan drainase di masa depan, Ismail mengingatkan bahwa Surabaya sering mengalami banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau.
Baca juga: Tolak Reklamasi PSN, LPMK dan AMPS Kenjeran Gelar Aksi di Gedung DPRD Kota Surabaya
"Harus ada konsep integrasi antara ketahanan air baku dan sistem drainase, agar kedua masalah ini tidak menjadi bencana," ujarnya.
Secara khusus, Ismail juga menyoroti Proyek Strategis Nasional (PSN) yang direncanakan di sepanjang pantai Kenjeran.
Menurutnya, proyek tersebut harus memperhatikan dampaknya terhadap sistem drainase dan perlu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).
"Dampak dari PSN ini bisa menyebabkan aliran air semakin jauh, yang berpotensi menimbulkan sedimentasi dan pengendapan di muara. Oleh karena itu, diperlukan rekayasa ulang terhadap sistem drainase di Surabaya jika PSN tersebut memang hartus terealisasi,” jelas Ismail. (diy)
Baca juga: Budayawan Surabaya, Taufik Monyong Angkat Suara Soal PSN 72 Triliun Kenjeran
Editor : Fudai