SURABAYA | ARTIK.ID - Di Jawa Timur, tepatnya di sekitar Pabrik Gula Semboro, Kabupaten Jember, terdapat tradisi unik yang berkaitan dengan musim giling tebu. Tradisi ini dikenal dengan nama "Royalan Tumpah Ruah"
Royalan Tumpah Ruah adalah pasar tradisional yang diselenggarakan sebulan sebelum Pabrik Gula mulai beroperasi.
Baca juga: Arum Sabil Lantik Adriyanto sebagai Ketua Mabicab Pramuka Bojonegoro 2024-2025
Wakil Ketua Umum DPN HKTI, Arum Sabil, Diwawancara, Minggu (2/6) mengatakan, pasar tersebut menawarkan berbagai macam produk kebutuhan masyarakat terutama kuliner, dan pertunjukan seni rakyat.
"Acara puncaknya adalah Petik Tebu Manten, yaitu panen tebu simbolis yang menandakan dimulainya musim giling," kata Arum Sabil.
Tradisi ini menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat pedesaan dan daya tarik bagi wisatawan asing untuk menyaksikan budaya lokal.
Lebih dari sekadar tradisi, Royalan Tumpah Ruah dan Petik Tebu Manten memiliki makna yang mendalam.
Baca juga: Surabaya Punya Co-Working Space Pertama untuk Para Dokter di Ciputra World
"Acara ini melambangkan sinergi antara petani tebu dan Pabrik Gula, yang bekerja sama dalam pola kemitraan saling menguntungkan," ungkap Arum Sabil.
Ironisnya, Indonesia yang pernah menjadi salah satu negara pengekspor gula terbesar dunia pada tahun 1930-an, kini berubah menjadi importir gula terbesar di dunia. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya produktivitas tebu dan rendemen gula.
Namun, harapan untuk mencapai swasembada gula kembali muncul dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023. Perpres ini menargetkan perluasan areal tebu menjadi 700.000 hektar, peningkatan produktivitas tebu rata-rata menjadi 93 ton per hektar, rendemen 11,2%, dan produksi gula kristal putih (GKP) lebih dari 7 juta ton.
Baca juga: PT Sinergi Gula Nusantara dan PG Semboro Jember Berencana Membuat Kebun Bibit Tebu
Arum Sabil mengatakkan, target ambisius itu diharapkan dapat menjadikan Indonesia negara yang berswasembada gula dan penghasil energi terbarukan berupa bioetanol.
"Memang tidak mudah untuk mewujudkannya, namun dengan semangat dan komitmen bersama dari semua pihak, swasembada gula yang berdaya saing bukanlah hal yang mustahil," pungkasnya. (diy)
Editor : Fudai