HUT Pekabaran Injil ke 169 Papua di Gereja Alfa Omega Berjalan Sukses

SORONG | ARTIK.ID - HUT Pekabaran Injil di Tanah Papua ke 169 diperingati di halaman Gereja Alfa Omega Jalan Jendral Sudirman kelurahan klaligi kota Sorong, Jumat (2/1)

Pendeta Alexander Maniani kepada wartawan artik mengatakan, peristiwa Pekabaran Injil Tanah Papua diawali dari Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, pada 5 Februari 1855.

Baca Juga: Jelang Liga 1 Musim Ini, PSBS Biak Gelar Sejumlah Laga Uji Coba

Kehadiran dua misionaris asal Jerman, Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler, menjadi tonggak sejarah dalam penyebaran agama Kristen di Bumi Cendrawasih.

Bagi kalangan umat Kristiani di Tanah Papua, Pekabaran Injil pada 168 tahun silam merupakan awal untuk menerima peradaban Injil. Warga Papua dengan ketulusan hati menerima ajaran Yesus Kristus dalam lingkungan keluarga mereka.

Kegiatan misionaris dalam mewartakan Injil di tanah Papua sangat berhasil karena adanya kesadaran para tokoh masyarakat saat itu, bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia dan memiliki kedudukan yang sama di hadapan Tuhan.

Pandangan kesetaraan inilah menjadi motivasi yang kuat bagi para tokoh-tokoh penginjil untuk terus memberitakan Injil dari pelosok kampung pesisir kepulauan hingga ke lembah-lembah pengunungan Papua.

Tugas penginjilan berjalan beriringan dengan sejumlah permasalahan di tengah kehidupan sehari-hari masyarakat Papua, di antaranya dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan hak asasi manusia.

Gereja tidak dapat menutup mata terhadap setiap muncul persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Pihak gereja diharapkan dapat menjadi penerang di tengah masyarakat Papua. Tugas penginjilan menuju masa depan yang lebih baik dan sejahtera, terus dikembangkan.

Pendeta Alexander Maniani mengakui bahwa sejarah Pekabaran Injil di Tanah Papua 5 Februari 1855 menjadi sebuah peristiwa keimanan bagi kalangan umat Kristiani di Tanah Papua.

Misi keagamaan untuk mewartakan Injil oleh penginjil Ottow dan Geissler dinilai telah mampu membawa perubahan yang terang untuk semua masyarakat orang asli di Tanah Papua.

Bahkan, berkat hasil Pekabaran Injil masyarakat orang asli Papua dapat mengenal peradaban dan keimanan sebagai pengikut setia ajaran Yesus Kristus.

Oleh karena itu, ajaran agama Kristen yang pertama dikenalkan di Pulau Mansinam, Provinsi Papua Barat, pada 5 Februari 1855, diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam kehidupan sehari-hari umat Kristiani bersama keluarga di Tanah Papua.

Peristiwa Pekabaran Injil telah mampu memberikan spirit baru kepada kalangan umat Kristiani untuk tetap setia melaksanakan keyakinan ajaran Yesus Kristus sebagai juru selamat manusia.

Dengan kondisi itu, tak dipungkiri jika Pekabaran Injil di Pulau Mansinam selalu dikenang dan diperingati umat Kristiani di Tanah Papua, karena telah mampu mengimplementasikan ajaran kasih dan hidup berdampingan dengan sesama umat manusia.

Peristiwa Pekabaran Injil juga telah mengajarkan kepada masyarakat di Tanah Papua tentang kesetaraan, kemanusiaan, keadilan, dan perlindungan kelompok minoritas, tidak merendahkan martabat manusia seperti ujaran kebencian, fitnah, menebar informasi hoaks, dan membeda-bedakan suku, agama serta tidak bertindak rasisme.

Secara eksternal umat Kristiani dengan peristiwa Pekabaran Injil dapat mengajarkan tentang keberagaman untuk saling membantu dan mengasihi tanpa melihat latar belakang, asal budaya, suku, ras dan keyakinan.

Setiap agama mengajarkan harmoni dan kebaikan kepada pengikutnya untuk mampu bersikap baik, seimbang tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.

Baca Juga: Waka Polres Fakfak Melaksanakan Pengecekan Pos Pelayanan dan Pengamanan

Kerukunan antar umat beragama di Indonesia menjadi satu-satunya pilihan yang mengikat dan terus menjaga kedamaian di Tanah Papua.

Apalagi dengan sosial geografis wilayah Provinsi Papua dengan mayoritas penduduk beragama Kristen namun dalam kehidupan sehari-hari mereka tetap menjunjung nilai toleransi beragama antar warga.

Sebab, dengan menjaga toleransi beragama di Tanah Papua maka telah dapat menciptakan keharmonisan dan kedamaian antar sesama masyarakat di Bumi Cenderawasih ini.

Agama-agama yang dianut warga di Tanah Papua memiliki tempat dan peranan yang vital dalam menentukan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Toleransi beragama dengan roh ke-Indonesia-an berarti tidak mempertentangkan perbedaan atau kemajemukan agama. Tapi sebaliknya, terbuka pada perbedaan dan kemajemukan yang dibangun di atas narasi persaudaraan sesama anak bangsa Indonesia.

Pendeta Alexander Maniani Papua Barat Daya,mengakui, dalam upaya menjaga kedamaian di Tanah Papua telah menjadi tanggung jawab semua elemen masyarakat.

"Warga Papua Barat Daya telah mengedepankan nilai toleransi beragama di dalam kehidupan sehari-hari, " ujarnya.

Tanah Papua merupakan tempat yang telah diberkati Tuhan Yesus Kristus. Dengan demikian, menurut Pendeta.Alexander Maniani, semua harus merawatnya supaya Bumi Cenderawasih tetap memancarkan kedamaian dan kenyamanan.

Baca Juga: Penjabat Gubernur Papua Barat Ali Baham Pimpin Upacara Hari Bakti Rimbawan ke 41

Peran umat beragama untuk menjaga kedamaian di Papua Barat Daya, terbukti di saat umat Kristiani merayakan Natal dan Tahun Baru 2023, Pada momen itu kalangan umat beragama lainnya menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat dengan kondusif.

Situasi Tanah Papua yang senantiasa damai, aman dan kondusif merupakan harapan dari semua masyarakat Papua Barat Daya.

Pendeta Alexander Maniani berharap, semua warga Kristiani di Papua Barat Daya senantiasa ikut serta menjaga kedamaian dan toleransi beragama dalam kehidupan sehari-hari dengan mengedepankan ajaran kasih untuk sesama umat manusia.

Hal ini tidak terlepas dari adanya peristiwa bersejarah Pekabaran Injil setiap 5 Februari 1855 yang diperingati sebagai momentum untuk menjaga keberagaman dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.

Saat ini masih banyak tantangan dan pekerjaan rumah dalam upaya pemerintah untuk melakukan percepatan pembangunan kepada masyarakat orang asli di tanah Papua.

Nilai toleransi keberagaman beragama di Papua dari Pekabaran Injil pada 168 tahun silam hingga kini masih terjaga dan dipertahankan umat Kristiani di Tanah Papua, tak terkecuali di Papua Barat Daya. Nilai-nilai itu menjadi tiang penyangga yang kokoh eksistensi kedaulatan NKRI dari Sabang hingga Merauke, dan dari Pulau Rote ke Pulau Mianggas.

“Saudara-saudaraku Umat Kristiani di Tanah Papua, selamat memperingati Hari Pekabaran Injil Ke-168 Tahun di Tanah Papua. Kiranya peringatan ini menjadi momen reflektif bagi umat Kristiani untuk terus giat mempraktikkan nilai-nilai kasih, damai dan kebaikan, dalam bingkai Indonesia yang majemuk,” pungkasnya.

(ART)

Editor : Fuart