JAKARTA | ARTIK.ID - Dalam laporan terbaru yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia menghadapi risiko atau dampak melambatnya pertumbuhan global dan meningkatnya ketegangan perdagangan.
IMF menyarankan pemerintah Indonesia untuk menjaga kebijakan makro yang kredibel dan fleksibel, serta meningkatkan reformasi struktural untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Baca Juga: Pinjaman 500 Miliar Rupiah dari BNII ke Protelindo Diperpanjang
Diketahui ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,1 persen pada tahun 2022, sedikit lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 5,3 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh konsumsi domestik yang kuat, namun diimbangi oleh penurunan investasi dan ekspor.
IMF memperkirakan pertumbuhan akan meningkat menjadi 5,3 persen pada tahun 2023, sejalan dengan pemulihan permintaan global dan vaksinasi Covid-19 yang lebih luas.
Namun, IMF juga menekankan bahwa prospek ekonomi Indonesia masih penuh ketidakpastian dan tantangan. Di antara risiko utama yang dihadapi adalah kemungkinan perlambatan pertumbuhan global akibat varian baru Covid-19, pengetatan kebijakan moneter di negara maju, dan eskalasi ketegangan perdagangan.
Risiko ini dapat menekan arus modal, nilai tukar, dan harga komoditas, serta mengganggu aktivitas ekonomi domestik.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan Indonesia merupakan salah satu negara yang bangkit cepat dan kuat dari pandemi, serta menunjukkan ketahanan yang luar biasa di tengah tingginya risiko global.
“Ini tercermin dari sektor keuangan Indonesia yang tetap terjaga dan UMKM yang mulai pulih. Pemulihan secara luas juga terlihat di berbagai sektor yang sebelumnya terdampak cukup dalam akibat pandemi seperti sektor transportasi, hotel, dan restoran,” ujarnya dalam keterangan tulis, Rabu (28/6/2023)
Untuk jangka menengah-panjang, Febrio menyebut pemerintah berupaya mendorong kebijakan ekonomi yang penuh kehati-hatian dan berorientasi pada reformasi struktural yang menyeluruh. Adapun konsolidasi kebijakan makroekonomi juga terus dilakukan, termasuk telah kembalinya tingkat defisit anggaran pendapatan dan belanja negara ke level di bawah tiga persen produk domestik bruto, satu tahun lebih cepat dari rencana awal.
Baca Juga: HIPKI Kota Surabaya Kerjasama dengan Kadin Tingkatkan Kualitas SDM Pengajar
Selain konsolidasi fiskal yang terukur, lanjutnya, implementasi berbagai agenda reformasi struktural Indonesia juga mendapat sambutan baik seperti reformasi perpajakan, Omnibus Law Cipta Kerja, serta Omnibus Law Sektor Keuangan yang belum lama disahkan.
Ke depan pemerintah berkomitmen memperkuat transformasi ekonomi, termasuk melalui strategi hilirisasi struktur ekonomi yang lebih terdiversifikasi dan bernilai tambah tinggi.
“Berbagai upaya reformasi akan terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi, inklusif, dan berkesinambungan, seperti melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia, akselerasi pembangunan infrastruktur, dan penguatan institusional,” ucapnya.
Baca Juga: Pertamina dan Petronas Akuisisi 35 Persen Kepemilikan Blok Masela
Dalam laporan Article IV 2023, IMF menggarisbawahi berbagai capaian positif ekonomi Indonesia, terutama yang didukung oleh peningkatan permintaan domestik, penguatan sektor penting seperti manufaktur dan jasa-jasa, serta pertumbuhan ekspor yang tinggi pada 2022.
Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar lima persen pada 2023 pun merupakan salah satu yang tertinggi bersama dengan Filipina, India, dan Vietnam, jika dibandingkan dengan negara G20 dan Asean-6. Bahkan proyeksi tingkat pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibanding proyeksi pertumbuhan rata-rata global yang sebesar 2,8 persen pada 2023.
(ara)
Editor : Fuart