Ada Dua Indikasi Kerajaan Pertama di Nusantara, Mana yang Benar?

avatar Artik

SURABAYA | ARTIK.ID - Kerajaan pertama di Nusantara adalah salah satu topik yang menarik untuk dibahas, karena menyangkut asal-usul dan sejarah bangsa Indonesia.

Namun, topik ini juga menimbulkan perdebatan dan kontroversi di kalangan sejarawan dan peneliti, karena kurangnya sumber dan bukti yang dapat dipercaya.

Baca Juga: Lompat Tali, Permainan Tradisional Populer di Indonesia Konon Berasal dari Eropa

Ada dua pendapat utama mengenai kerajaan pertama di Nusantara, yaitu:

1. Kerajaan Salakanagara, yang didirikan oleh Dewawarman I pada abad ke-2 Masehi di wilayah Jawa Barat. Kerajaan ini beragama Hindu dan berhubungan dagang dengan India dan Romawi.

Sumber utama mengenai kerajaan ini adalah naskah Wangsakerta yang ditulis oleh para pujangga Sunda pada abad ke-18.

2. Kerajaan Kutai, yang didirikan oleh Maharaja Kudungga pada abad ke-4 Masehi di wilayah Kalimantan Timur.

Kerajaan ini juga beragama Hindu dan memiliki hubungan dengan India dan Cina. Sumber utama mengenai kerajaan ini adalah prasasti Yupa yang ditemukan di dekat sungai Mahakam.

Baca Juga: Ratusan Penari Rejang Renteng Iringi Pemelaspas Jalan Terusan Pura Dang Kahyangan Rambut Siwi

Kedua kerajaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam hal kredibilitas dan validitas sebagai kerajaan pertama di Nusantara.

Kerajaan Salakanagara memiliki kelebihan dalam hal usia yang lebih tua, namun memiliki kekurangan dalam hal bukti fisik yang minim dan sumber sejarah yang terlambat ditulis.

Kerajaan Kutai memiliki kelebihan dalam hal bukti fisik yang lebih banyak dan sumber sejarah yang lebih awal ditulis, namun memiliki kekurangan dalam hal usia yang lebih muda.

Baca Juga: Artik Kembali Dilanda Kebakaran, Emisi Karbon Mencapai Level Tinggi dalam 5 Tahun Terakhir

Oleh karena itu, tidak mudah untuk menentukan secara pasti mana kerajaan pertama di Nusantara, karena tergantung pada kriteria dan perspektif yang digunakan.

Namun, yang pasti adalah bahwa kedua kerajaan ini merupakan bagian dari warisan sejarah dan budaya bangsa Indonesia yang patut dihormati dan tak henti dipelajari.

Penulis: Kamandanu

Editor : Redaksi