ARTIK.ID - Pagi di pulau Wamar untuk kesekian kalinya Senja Keemasan-emasan berkelabu itu tidak pernah pudar dimana konon ada sebuah kisah tentang seorang nelayan pergi untuk melaut selama satu tahun 6 bulan lamanya tidak mendapatkan hasil satu ikan pun, hanya mendapatkan pulau Wamar dimana senja keemasan-emasan itu tidak pernah pudar di pulau wamar.
Senja Keemasan-emasan menjulang tinggi membentang dari sepanjang pulau wamar sampai kedasar lautan seperti hal nyala api cinta dalam sebuah hubungan antara wanita, laki-laki, antara bintang bentin dan binatang jantan.
Baca Juga: Tahun Baru, Temukan Hal Terbaru di Calli Mera Taman Dayu, Pasuruan
Senja Keemasan-emasan berkelabu itu hanya sebuah keharusan alam semesta yang tak terhingga sepanjang masa ini andai kau masih di sini mungkin aku bisa memetik senja untukmu seperti para petani ketika memanen padi, tapi ah sudahlah kamu mungkin sudah berada di belahan bumi entah dimana aku pun tak tau.
Sore itu sebuah fenomena alam dimana pelangi' tidak pernah muncul di Palau Wamar namun untuk kesekian kalinya Pelangi muncul untuk satu kali, aku pun tak tau apakah ini janji yang pernah kau ucapkan selama kita berpisah
"Aku akan kembali untuk menikmati teh di bawah negeri senja yang tak pernah berujung dan, menikmati pelangi bersamamu".
Janji itu perlahan-lahan menjadi nyanta untuk beberapa saat ketika aku sedang berjemur menikmati keindahan senja tak berujung di pulau wamar, pesan singkat itu di katakan oleh binatang betin yang sedang memadu cinta bersama pasangannya.
Seketika aku terpana akan binatang yang bisa berbicara bahasa manusia, seketika aku berlari ke arah penjual pisang goreng di pesisir pantai Wamar di mana senja tak pernah berujung,
Kata pedagangnya "Nak itu sudah terbiasa ketika orang-orang yang pernah berjanji tetapi belum di tepati maka akan terjadi fenomena alam seperti itu di pulau wamar ini".
Aku pun di kejutkan oleh fenomena alam seperti ini, apa kamu masih mendengarkan bait tulisan ini, ah sudahlah pasti kamu akan bilang kalau aku "Parlente" (bohong), Kata pedagangnya.
Baca Juga: Atasi Urban Farming, Pemkot Magelang Tanam Bibit dari Dana Insentif Daerah
"Di Palau Wamar yang senja tak berujung ini tidak ada pernah malam cuman hanya ada senja Keemasan-emasan yang berkelabu kejingga-jingga. Di sini janji yang tak pernah tercapai akan menjadi nyanta dan itu sudah menjadi kebiasaan orang-orang atau binatang-binatang yang ingin keinginannya tercapai pasti akan datang ke pulau Wamar ini agar keinginannya tercapai".
Lautan begitu tenang tetapi hati ini begitu bergejolak, kau apa kamu juga merasakan apa yang aku rasakan, tentu saja tidak. Kau mungkin sudah bersama lelaki lain duduk di bar sambil minum whiskey atau wine dan kau mungkin sudah lupa akan janjimu.
Tetapi di pantai Wamar dimana Senja tak pernah berakhir warna merah memenuhi langit seperti terjadi kebakaran hutan api begitu padat, setiap pasangan meningkatkan keindahan senja tapi aku sungguh tak menikmati parsetan dengan senja.
Aku rasa-rasa ingin memetik senja itu untuk menyimpan sendiri untuk meningkatkan tampa ada orang lain yang menikmatinya tapi apa daya aku takut akan melukai perasaan hati dari setiap pasangan yang menikmati senja di negri Wamar, apa daya kalau aku merenggut kebahagiaan orang lain bukannya aku akan di samakan seperti para koruptor.
Hey.. apa kau masih membaca bait tulisan yang ku ceritakan pengalaman yang tak ada duanya, di mana kamu berada?, akan kusuruh tukang pos untuk kirim surat ini untukmu biar kamu baca dan kau bisa tau di mana pulau Wamar yang senja tak pernah berakhir dan tak berujung ini.
Baca Juga: Roko Molas Poco Menjadi Simbol Kesetaraan Gender Masyarakat NTT
Walaupun aku tak tau kapan surat ini akan kau terim. Hey.... Aku sudah bosan banyak menulis surat untukmu namun satu pun tak pernah kau balas. Untuk apa cinta ini tumbuh jika tidak ada hati yang menampungnya.
Makasar, 14-07-2021
Penulis: Apolos
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Dr. Soetomo. Pernah menjadi Ketua SP 2019-2020
Editor : Natasya