PAMEKASAN - Pasca ditangkapnya terduga teroris di Sumenep dengan barang bukti, bikin tanda tanya besar di hati masyarakat madura (sebab tidak mugkin aparat menangkap terduga teroris tanpa bukti, bahkan penulis yakin sang terduga sudah dipantau, disadap dan di awasi beberapa bulan sebelumnya)
Benar kata seorang tokoh Nasional beberapa tahun silam, bahwa "sudah terbntuk jaringan poros Jakarta-Madura dalam membangun ideologi trans Nasional dan radikalisme dengan dana besar di madura" bahkan beberapa teroris pelaku bom bunuh diri (baik yang sudh di tangkap maupun yg blum ditangkap atau bahkan yang sudah di hukum mati) pernah bolak balik datang ke sumenep, 'kata tokoh' dlm sebuah dialog.
Baca Juga: Bangkalan Sasar 50 Rumah untuk Realisasi Program Perbaikan RTLH
Madura yang di kenal dengan sifat adem, ayem, santun dan halus, kini seakan berubah "terlihat" ganas dan seram.
Sebutlah beberapa kejadian sejak tahun 2017 hingga sekarang, mulai dari penghadangan terhadap KH. Makruf Amin, pengajian yang isinya 'Banser' halal darahnya, caci maki diatas panggung, syi'ar agama yang isinya orasi kebencian, pernyataan NU Mutanajjis, pernyataan KH. Said Aqil sesat hingga kasus persekusi yg sedang hangat dibicarakan di Sumenep, juga isu PKI yang muncul tiap November dan beberapa kasus lain, Lantas ada apa dengan madura?
(Baca Juga: DPR RI Rahmat Muhajirin Ziarah ke Makam Pahlawan Sidoarjo)
Benarkah para pelaku beberapa kejadian diatas berbuat atas nama agama dan sudah pasti benar? Dan benarkah pihak yang di anggap sesat, munafiq, pro kafir, pro china itu pst salah? Benarkah NU mutanajjis? Apa yg salah dg KH. Makruf Amin hingga di hadang? Benarkah pemerintah anti islam? Sederat pertanyaan itu muncul dibenak kita bersama. Bukankah tiap masalah bisa di bicarakan denga baik? lantas kenapa setiap masalah harus dengan unjuk rasa dan tabligh akbar yang isinya hasutan dan ujaran kebencian?
Kita berharap supaya indonesia yang blum satu abad merdeka ini ttp aman dan damai. Kita tidak ingin indonesia seperti syuriah, kita tidak ingin bom terjadi di Madura seperti pada Syekh Ramadhan al Buthi yang di bom saat pengajian di Masjid Syiria hanya karena dianggap kurang Islami oleh sesama Muslim, kita tidak ingin ada bom terjadi seperti di Mesir saat Shalat jumat yg membunuh 200 orang dimana pelakunya sesama muslim.
Kita rindu situasi yang damai, sejuk seperti dulu, bukankah kita tidak tau siapa diantara kita yang paling benar dimata Allah? Bukankah kita sesama hamba yang derajatnya sama dimata Allah?
Siapakah kita jika dibanding mahluk Allah yg besar seperti planet, bumi, gunung, langit, matahari, bulan dan bintang.
kita sebagai manusia adalah mahluk yang kecil dan tak berdaya, lantas apa yang mendasari kita untuk sombong, angkuh dan merasa benar sendiri hingga menganggap kelompok lain sesat, salah, munafiq dan pantas di persekusi?
Tokoh muslim dunia berkata, bahwa "Indonesia adalah surga dunia" adzan berkumandang diseluruh desa tiap waktu shalat, pesantren dan madrasah dimana-mana, pengajian hampir tiap malam di seluruh pelosok desa, syi'ar-syi'ar agama menggema dan dibantu oleh pemerintah (termasuk MTQ). Maulid nabi sebulan penuh tidak di larang oleh pemerintah.
Baca Juga: Jembatan Suramadu Ditutup, Ini Penjelasan Kasatlantas Polres Bangkalan
Bidang kesehatan, sudah berdiri Puskesmas ditiap kecamatan, bahkan di Desa-desa sudah ada Polindes.
Pasokan listrik aman, kebutuh BBM selalu ada, kebutuhan LPJ terpenuhi, bahan pokok juga tersedia, lantas kurang apa? (Bukan berrti kami membela pemerintah, Pemerintah jg ada kekurangannya, tp dg segala kekurangannya, mari kita syukuri nikmat bagi bangsa ini)
Hampir semua pejabat negara ada yang santri bahkan ada yang kyai, gubenur, menteri, bupati, kepala Kemenag, hingga di birokrasi mulai eselon 1 hingga paling bawah, bahkan tiap momen keagamaan, santri dan pesantren selalu terlibat (dan di MTQ saat ini, banyak dr dewan jurinya adalah pengasuh pesantren di jatim). Ini adalah bukti bhw keterlibatan umat islam & pesantren betul-betul ada pada kebijakan pemerintah,
Lantas kurang islam bagaimana?
Justru di saat acara Syi'ar agama spt MTQ ini, mereka tidak tampak muncul untuk mmberi apresiasi dan dukungan, apakah MTQ dianggap bukan acara agama? kita tentu bertanya, sebnarnya mereka membela siapa? Apakah membela Islam atau membela siapa?
Baca Juga: Optimalkan Potensi Desa Bira Timur dengan Industri Usaha Ekonomi Produktif
kita berharap pada aparat, agar lebih tegas dalam bersikap, sebab jika kelompok ini terus dibiarkan tumbuh subur, tentu kita bisa menganalisa apa yg akan terjadi pada Madura dan Indonesia beberapa puluh tahun kedepan.
Wallahu A'lam Bishowab.
Penulis: Taufik Hasyim (Ketua PCNU Pamekasan & Pengasuh PP Sumber Anom, Angsanah, Palengaan, Pamekasan. Madura)
Editor : Fudai