RESIK – Pemerintah Kabupaten Gresik terus melakukan percepatan penanggulangan banjir akibat luapan Kali Lamong.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menyampaikan, curah hujan dalam beberapa hari terakhir cukup tinggi. Hal ini membuat Kali Lamong meluap dan menyebabkan banjir.
Baca juga: PKS Mulai Kendor, Salah Satu Politisinya di Solo Terang-terangan Puji Gibran
“Pemerintah daerah terus berikhtiar untuk terus melakukan mitigasi bencana, kewaspadaan harus ditingkatkan,” kata Gus Yani.
Gus Yani menyebut, pemerintah tidak hanya fokus pada pencegahan, tetapi yang terpenting penanganan banjir. Namun, belum diketahui berapa lama durasi banjir tersebut.
“Kemudian, sarana penampungan sementara yang layak bagi korban banjir juga harus diperhatikan,” imbuh bupati yang diusung PDI Perjuangan pada Pilkada lalu.
Bupati milenial itu menyebut, upaya percepatan penanggulangan banjir Kali Lamong terus dilakukan. Kemudian, komunikasi dengan BBWS terkait izin kewenangan normalisasi.
“Alhamdulillah normalisasi sudah berjalan, di Cerme sudah berjalan. Di Balongpanggang dan Benjeng jangan sampai berminggu-minggu tapi tidak surut. Kalau memang bisa dalam 1×24 jam bisa surut, itu yang akan kita lakukan,” pungkasnya.
Hingga hari ini, total 19 alat berat dari berbagai pihak dikerahkan untuk menormalisasi Kali Lamong. Bupati Yani juga menginstruksikan Dinas PUPR untuk menambah alat berat, jika masih kurang.
Baca juga: Rakercab PDI Perjuangan Gunung Sitoli Dorong Sowaa Maju di Pilkada 2024
Pemkab Gresik bersama pejabat Forkopimda juga siaga terhadap La Nina yang potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor dan puting beliung.
Berbagai upaya terus dilakukan. Terbaru, melakukan koordinasi dengan Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Jawa Timur, Taufiq Hermawan.
Taufiq menyebut, La Nina bukan badai, tapi fenomena cuaca global yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi. Termasuk di wilayah Kabupaten Gresik.
“Karena La Nina ini, curah hujan meningkat 2-70%, ini yang perlu diwaspadai. Karena banjir ini utamanya terjadi karena tingginya curah hujan,” ujar Taufiq, Selasa (16/11/2021).
Baca juga: Pupuk Urea Langka, Ketua Komisi II DPRD Bondowoso Angkat Bicara
Sementara Kepala Stasiun Klimatologi Malang, Anung Suprayitno menambahkan, La Nina paling tinggi pada September – November.
“Tapi biasanya pada bulan Desember-Februari merupakan puncak musim hujan,” imbuhnya. (mus/hs)
Editor : Fuart