MALANG – Upaya Malang Autism Center (MAC) dalam membantu anak-anak dengan spektrum autisme terus menunjukkan hasil positif. Salah satu terapis MAC, Alfu, menceritakan pengalamannya mendampingi anak bernama Senja (bukan nama asli), yang kini menunjukkan perkembangan signifikan setelah menjalani terapi secara rutin.
“Ini anak saya yang saya tangani, namanya Senja. Umurnya 10 tahun. Dia mengalami ADHD atau gangguan kurang fokus,” kata Alfu saat ditemui di MAC, Jumat (17/10/2025).
Baca juga: Malang Autism Center Gelar Voices from the Spectrum, Aktualisasi Penyandang Autisme Kota Malang
Menurutnya, terapi yang dilakukan bertujuan membantu menguatkan motorik kasar, otot, dan saraf anak.
“Tadi itu latihan fisioterapi, penting untuk membantu mereka agar lebih stabil dalam gerak dan konsentrasi,” ujarnya.
Alfu yang sudah bergabung di MAC sejak 2022 itu menuturkan, lamanya waktu terapi sangat bergantung pada komitmen orang tua.
“Biasanya tergantung keinginan orang tuanya. Ada yang ingin anaknya bisa bicara, ada juga yang ingin anaknya lepas dari gadget. Jadi kami sesuaikan dengan tujuan itu,” tambahnya.
Ia juga mencontohkan anak lain bernama Bimbo (bukan nama asli), yang menjalani terapi untuk mengurangi kecanduan bermain game.
“Game sebenarnya bisa membantu menstimulus motorik anak, tapi kalau screen timenya terlalu tinggi, malah bisa mengganggu fokusnya pada hal lain,” jelasnya.
Untuk Senja sendiri, hasil terapi mulai terlihat sejak 2024.
“Dulu dia tidak bisa bicara sama sekali. Sekarang Alhamdulillah sudah mulai lancar, sudah banyak bicara dan lebih jelas,” tutur Alfu.
Ia menekankan bahwa indikator keberhasilan terapi bukan dari lamanya waktu, tetapi dari konsistensi dan ketepatan metode penanganannya.
Baca juga: Malang Autism Center Gelar Voices from the Spectrum, Aktualisasi Penyandang Autisme Kota Malang
Namun, tantangan tetap ada. Alfu menyebut, tantrum menjadi salah satu kesulitan yang sering dihadapi para terapis.
“Kalau sedang tantrum, dia kadang memukul kepala sendiri atau menggigit. Tapi itu hal yang wajar, karena mereka mengekspresikan emosi dengan cara berbeda,” katanya.
Meski begitu, untuk Senja sendiri menunjukkan perilaku unik yang membuatnya istimewa.
“Dia tidak tahu hari atau tanggal, tapi selalu tahu kapan waktunya pulang. Biasanya dijemput eangnya sebulan sekali, dan dia bisa tahu waktunya sendiri,” ujarnya sambil tersenyum.
CEO Malang Autism Center (MAC), Muhammad Cahyadi, membenarkan bahwa setiap anak di MAC mendapatkan pendampingan menyeluruh yang berfokus pada pembenahan perilaku dan keterampilan dasar hidup (basic life skill).
“Semua anak yang kami terima umumnya bermasalah di basic life skill,” jelas Cahyadi.
Baca juga: Malang Autism Center Gelar Voices from the Spectrum, Aktualisasi Penyandang Autisme Kota Malang
Dia mengatakan, Biasanya tiga bulan sebelum anak keluar dari MAC, orang tua harus memberitahukannya terlebih dahulu.
“Rentang tiga bulan itu kita pakai untuk mempersiapkan atau melatih terapis yang akan mendampingi Alumni MAC di rumah,” jelas Cahyadi.
Hal itu dilakukan agar hasil terapi di MAC bisa diterapkan juga di rumah, agar anak yang mengalami autism setelah keluar dari MAC tidak kembali lagi.
“Autisme itu sangat rentan terhadap gangguan eksternal, sehingga kesinambungan terapi sangat penting,” pungkasnya. (diy)
Editor : Fudai