Prabowo dan Megawati Bertemu, Ray Rangkuti Sebut Peluangnya 50%

Reporter : Fudai

JAKARTA - Isu tentang pertemuan antara Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra, dan Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, kembali mengemuka saat suasana Idulfitri membawa semangat silaturahmi. Namun seperti dua rencana sebelumnya, pertemuan tersebut masih belum bisa dipastikan kapan atau bahkan apakah akan benar-benar terjadi.

Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (LIMA), memberi penilaian realistis bahwa peluang pertemuan itu hanya 50:50.

Baca juga: Prabowo Subianto Tanggapi Tarif 32 Persen dari AS Lewat Wawancara Khusus Bersama 7 Media Nasional

Menurutnya, hambatan yang menggagalkan dua rencana sebelumnya masih belum sepenuhnya hilang.

"Ganjalannya cukup besar, bisa dibilang setengah dari peluangnya. Itu pula yang jadi alasan kenapa dua kesempatan sebelumnya gagal," kata Ray kepada Bisnis, Minggu (6/4).

Baca Juga: Megawati dan Eri Cahyadi Resmikan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya

Sekadar kilas balik, rencana pertama pada Oktober 2024 kandas akibat kendala internal dari kedua pihak.

Lalu rencana kedua, yang dijadwalkan pada Januari 2025, gagal menyusul penetapan Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP, sebagai tersangka. Kini, muncul wacana baru untuk mewujudkan pertemuan yang telah lama dinanti itu.

Baca Juga: Megawati Bilang, Zelenskyy Seperti Orang Jualan, Bukan Sebuah Diplomasi

Yang menarik, kali ini pendekatan dilakukan dengan cara berbeda. Dua tokoh penting dari masing-masing partai—Puan Maharani dari PDIP dan Sufmi Dasco Ahmad dari Gerindra—turun tangan langsung dalam penjajakan. Bagi Ray, ini sinyal positif.

Baca juga: Prabowo Larang Pejabat untuk Tidak Beropini Pribadi Terkait Kebijakan Tarif Baru AS

"Kelihatannya Prabowo memang sangat ingin bertemu Bu Mega. Keterlibatan langsung Dasco dan Didit menunjukkan keseriusan dari kubu Gerindra," ujarnya.

Di sisi PDIP, respons terlihat lebih beragam. Puan dan kelompoknya tampak terbuka dan cukup antusias, sementara pihak DPP PDIP cenderung diam dan memilih menunggu.

Megawati sendiri terlihat tenang dalam menyikapi wacana ini, tanpa menunjukkan urgensi untuk mempercepat pertemuan.

Ray juga menyoroti perbedaan sikap di internal PDIP. Kelompok Puan dinilai lebih fleksibel, sementara DPP yang selama ini lebih dekat dengan Megawati, masih condong untuk mengambil posisi oposisi, sebuah sikap politik yang konsisten dengan prinsip Megawati soal pentingnya menjaga keseimbangan demokrasi.

"Kalau menang, ya memimpin. Kalau kalah, jadi oposisi. Apalagi, sejauh ini belum ada tawaran politis yang cukup menarik untuk membuat PDIP bergabung ke pemerintahan Prabowo," jelas Ray.

Baca juga: Tanggapi Pengangkatan Pietra sebagai Komisaris BTN, Surya Paloh Sebut Bukan Atas Nama Partai

Di balik niatan Prabowo untuk menjalin komunikasi dengan Megawati, Ray melihat ada pertimbangan kondisi nasional yang makin menantang, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.

Stabilitas menjadi kunci, dan menjalin relasi baik dengan PDIP—meski sebagai oposisi—bisa membantu menciptakan suasana politik yang lebih tenang.

"Kalau pun PDIP memilih oposisi, harapannya tetap jadi oposisi yang moderat. Ada ruang kompromi antara Dasco dan Puan,” imbuh Ray.

 

Editor : Fudai

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru