Beras Merah Jatiluwih, Obat Tradisional Alami untuk Stroke dan Penyakit Kronis

Reporter : Lani

TABANAN | ARTIK.ID – Beras merah telah lama dikenal sebagai salah satu bahan pangan tradisional yang memiliki khasiat luar biasa, namun siapa sangka jika di balik keistimewaannya, beras merah asal Jatiluwih, Tabanan, mampu memberikan kesembuhan bagi mereka yang menderita penyakit berat seperti stroke.

I Nengah Sutama, pemilik UD Manik Galih Sarin Sedana, adalah bukti hidup dari keajaiban beras merah ini. Pada tahun 2012, ia menderita stroke total yang membuatnya lumpuh, kehilangan kendali atas pancaindranya, bahkan tak lagi bisa merasakan apapun. Namun, selain mendapatkan perawatan medis, Nengah Sutama juga rutin mengonsumsi beras merah Jatiluwih setiap hari. Berkat kombinasi pengobatan medis dan konsumsi beras merah, kondisinya berangsur membaik, dan pada tahun 2013, ia pulih sepenuhnya.

"Proses pembuatannya sangat tradisional, tanpa campuran bahan kimia. Beras merah Jatiluwih diproduksi secara manual, dengan menggunakan metode yang diwariskan secara turun temurun, dari pembibitan hingga pemeliharaan," ungkap Nengah Sutama. Dalam produksinya, petani di Jatiluwih menggunakan pupuk alami seperti kotoran sapi dan kambing, serta urin sapi yang difermentasi sebagai pengganti pestisida.

Nengah Sutama meyakini bahwa kesembuhannya dari stroke tidak lepas dari manfaat luar biasa beras merah organik Jatiluwih. “Saya bisa merasakan bahwa beras merah ini membantu memulihkan pancaindra saya yang sebelumnya mati rasa. Bahkan, meski saya sempat kehilangan kendali penuh atas tubuh saya, setelah rutin mengonsumsi beras merah ini, kondisi saya semakin membaik,” ujar Sutama.

Beras merah Jatiluwih juga dipercaya memiliki kandungan gizi yang lebih tinggi dibandingkan beras putih biasa. Dengan kadar gula yang rendah namun memberikan energi yang cukup, beras ini menjadi pilihan tepat bagi mereka yang ingin menjaga kesehatannya, terutama bagi penderita diabetes dan hipertensi.

Selain khasiatnya yang luar biasa, beras merah Jatiluwih juga diakui secara internasional sebagai produk warisan budaya dunia oleh UNESCO. “Kami sangat bangga bisa menjaga warisan ini, dan terus berusaha mempertahankan sistem pertanian tradisional yang ramah lingkungan,” tambah Nengah Sutama.

Dengan harga sekitar Rp 35.000 per kilogram, beras merah ini memang tergolong mahal, namun proses pembuatannya yang rumit serta manfaat kesehatannya yang terbukti membuat banyak orang rela merogoh kocek lebih dalam. Kini, permintaan beras merah Jatiluwih tidak hanya datang dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negeri, terutama dari hotel-hotel di Ubud yang memesan hingga 25 kilogram per bulan.(*)

Baca juga: CV Lumbung Amerta Sari Beri Penawaran Spesial, Souvenir Gratis Ongkir untuk LPD Bali

Editor : LANI

Peristiwa
10 Berita Teratas Pekan Ini
Berita Terbaru