SURABAYA | ARTIK.ID - Petra Christian University (PCU) atau UK Petra Surabaya berhasil menyelenggarakan pertunjukan teater musikal interaktif berjudul "What If" selama tiga hari, dari 29 hingga 31 Agustus 2024, di Amphitheatre Gedung Q, Kampus PCU.
Pertunjukan ini menarik perhatian penonton dengan konsep interaktif yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam alur cerita dan menciptakan pengalaman berbeda di setiap pementasan.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya Pamer Karya Inovatif Sebelum Wisuda
Sutradara teater, Stefanny Irawan, menjelaskan bahwa “What If” memberikan pengalaman unik dengan membiarkan penonton memilih perkembangan cerita.
"Pilihan-pilihan yang ada di pertunjukan ini mewakili dan terasa nyata dalam kenyataan hidup Gen Z saat ini," ujar Stefanny.
Ada 12 adegan yang disiapkan untuk pementasan ini, tetapi tidak semuanya dimainkan karena alur cerita bergantung pada keputusan penonton.
Menurut penulis naskah Jessie Monika, cerita "What If" terinspirasi dari tantangan yang dihadapi Generasi Z yang sering dihadapkan pada banyak pilihan dan hidup di bawah pengawasan konstan media sosial.
“Teater ini menggambarkan bagaimana Gen Z berjuang untuk mempertahankan atau merangkai mimpi baru di dunia digital yang penuh tekanan,” kata Jessie.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya Pamer Karya Inovatif Sebelum Wisuda
Selama tiga hari pertunjukan, "What If" digelar sebanyak empat kali, diiringi oleh 11 lagu yang telah disiapkan, meskipun tidak semua lagu dibawakan dalam satu kali pementasan. Produksi ini merupakan karya dari Petra Theatre di bawah naungan program English for Creative Industry PCU.
Proses audisi dilakukan secara ketat untuk memilih para aktor yang tidak hanya harus bisa berakting dan bernyanyi, tetapi juga menari.
“Persiapan dimulai sejak Februari 2024, dengan dukungan dosen dan staf Program Textile and Fashion Design PCU dalam pembuatan kostum,” imbuh Jessie.
Baca juga: Mahasiswa Universitas Kristen Petra Surabaya Pamer Karya Inovatif Sebelum Wisuda
Latihan intensif dilakukan oleh para aktor dan kru belakang panggung untuk memastikan kualitas pementasan, termasuk latihan selama 9 jam per hari selama dua minggu.
“Pertukan berusaha menghadirkan pengalaman mendalam yang membuat penonton berpikir, merasakan,” pungkas Jessie.
Editor : Fudai